Epidemiolog Unpad dalam Rakor bersama Gubernur Jabar, organisasi profesi, tokoh agama, hingga masyarakat, dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (12/1/2021
Bandung.Internationalmedia.id.- Epidemiolog
memastikan vaksin dapat mengurangi angka kesakitan atau kematian akibat
COVID-19 dalam waktu cepat. Sementara untuk mencapai kekebalan kelompok (herd
immunity), dibutuhkan waktu lebih dari satu tahun.
Demikian dikatakan epidemiolog Universitas
Padjadjaran dr Panji Fortuna Hadisoemarto saat menjadi narasumber dalam Rakor
Sub Divisi Komunikasi Publik Satgas Penanganan COVID-19 se- Jawa Barat secara
virtual dari Kota Bandung, Selasa (12/1/2021). Tema rakor kali ini “Vaksin
Untuk Kita, Jabar Siap Divaksin”.
“Yang pasti, paling cepat, adalah vaksin dapat
mengurangi angka kesakitan dan kematian,” ujarnya.
Dengan angka kesakitan yang berkurang, diharapkan
tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat
tetap terjaga di level aman. Saat ini tingkat keterisian tempat tidur di kabupaten/kota sudah di atas 80 persen
atau dalam level kritis.
“Jika angka kesakitan berkurang, pasien yang dirawat
pun berkurang sehingga BOR (bed occupancy rate) tidak akan pernah penuh,”
katanya.
Menurut Panji, ada pandangan keliru di masyarakat
bahwa vaksin dapat membentuk kekebalan kelompok dalam waktu cepat. Lebih keliru
lagi, vaksin disamakan dengan obat yang dapat menyembuhkan penyakit COVID-19.
“Kekebalan kelompok paling tidak butuh waktu setahun dari sekarang karena harus
mencakup 70 persen penduduk,” sebutnya.
Kekebalan kelompok, katanya, tergantung dari tiga
keadaan. Pertama, seberapa tinggi penularan setelah vaksinasi. “Vaksin dapat
mencegah sakit tapi tidak mencegah penularan. Kalau penularan (masif) terjadi,
herd immunity tidak akan terjadi,” ungkapnya.
BPOM menyatakan efikasi vaksin Sinovac 65,3 persen.
Menurut Panji, efikasi beda dengan efektivitas karena efikasi diukur pada
tingkat uji klinis. Dalam kenyataannya, jika seseorang punya penyakit penyerta
(komorbid) sangat mungkin efikasi 65,3 persen tidak tercapai. “Mungkin lebih
rendah, tidak mungkin lebih tinggi. Tapi yang diharapkan tidak akan menurun
terlalu jauh,” katanya.
Keadaan kedua, seberapa lama perlindungan yang
diberikan vaksin. Vaksin Sinovac yang akan disuntikkan di Jabar mulai Kamis
(14/1/2021), harus diinjeksi ke satu orang dengan dua dosis atau dua kali
penyuntikan. Jarak waktu antara penyuntikan pertama dan kedua adalah dua pekan.
Vaksin Sinovac baru akan memberi proteksi dua minggu setelah penyuntikan kedua.
Ketiga, sebanyak apa cakupan masyarakat yang akan
divaksin. Secara nasional orang yang harus divaksin 181,5 juta jiwa. Tahap
pertama untuk pekerja di kantor kesehatan berjumlah 1,3 juta jiwa. “Ini baru
satu persen saja, sedangkan herd immunity cakupannya harus 70 persen. Jadi
masih buruh waktu kurang kebih satu tahun lagi. Tapi untuk mengurangi angka
kesakitan, itu pasti,” katanya.
Panji melanjutkan, orang yang positif COVID-19
sebetulnya tidak perlu disuntik vaksin. Tapi tidak menutup kemungkinan orang
divaksin tapi ternyata positif COVID-19 tanpa diketahui. “Tapi hingga kini
belum ada laporan orang yang demikian mengalami efek samping yang buruk,”
ungkapnya.
Setelah disuntik vaksin, menurutnya, orang tidak
perlu melakukan isolasi mandiri selama dua pekan. “Tapi kan pasti ada yang
nanya, kan sudah divaksin kenapa masih pakai masker? Jawab saja, lebih baik
dobel perlindungan daripada singel,” ujar Panji.
Namun Panji yakin vaksin Sinovac memiliki tingkat
keamanan tinggi untuk disuntikkan karena BPOM sudah mengeluarkan izin
penggunaan darurat. Apalagi vaksin ini sudah mengantongi sertifikat halal dari
Majelis Ulama Indonesia.(Ter)