Jakarta.Internationalmedia.Id.-
PERDANA Menteri Inggris Boris Johnson mengeluarkan pernyataan kontroversial.
Ia menyebut vaksin virus
corona jenis baru atau Covid-19 mungkin tak akan pernah ditemukan.
Kini, Boris yang pernah terinfeksi Covid-19
ini tengah gencar menuliskan 50 halaman untuk panduan pemerintah dalam langkah
penyembuhan penyakit menular itu.
"Sangat jelas bahwa
solusi jangka panjangnya adalah dengan vaksin atau obat khusus. Tapi, saat kita
berharap akan keajaiban (vaksin), harapan bukanlah sebuah rencana," papar
Boris dikutip dari laman Daily Star.
"Vaksin dalam jumlah
besar atau penanganan untuk itu mungkin baru ada setelah setahun lebih. Bahkan,
skenario terburuk, kita mungkin tak akan pernah menemukan vaksin,"
terangnya, seperti dilansir kembali dari viva.co.id.
Hal itu diutarakan Boris
setelah salah satu peneliti mengklaim vaksin virus corona mungkin tak akan
ditemukan dan lockdown harus dilakukan rutin. Pakar dari Imperial College
London, dr. David Navarro mengatakan bahwa soal virus corona, tidak ada
"asumsi absolut" dapat dibuat "bahwa vaksin akan muncul".
Dia menambahkan, harapan
untuk vaksin sangat rendah karena para ilmuwan berurusan dengan sistem
biologis, bukan mesin. Nabarro juga mengatakan bahwa di masa depan, masyarakat
bisa saja akan terus memakai masker wajah sebagai pencegahan akan penyakit
menular lain. "Ada beberapa virus yang masih belum kita miliki vaksinnya.
Kami tidak dapat membuat
asumsi absolut bahwa vaksin akan muncul, atau jika ada, apakah sudah lolos uji
klinis dan keamanannya," jelas Nabarro.
"Harapan akan vaksin
sangat tinggi dan kemudian bisa hancur. Ini karena kami (peneliti) berurusan
dengan sistem biologis, bukan mesin. Jadi kesuksesan vaksin sangat bergantung
pada reaksi tubuh," sambungnya.
Karena vaksin yang masih
belum memungkinkan, pencegahan dan penanganan Covid-19 dilakukan dengan meningkatkan
sistem imun melalui nutrisi tepat.
Untuk itu, Herbalife
Nutrition melalui Herbalife Nutrition Foundation (HNF) telah menyalurkan
bantuan senilai 1,79 juta dolar AS untuk penanganan Covid-19.
Kontribusi tersebut mencakup
penyaluran donasi berupa dana tunai serta berbagai kebutuhan untuk mendukung
penanganan Covid-19 di tujuh negara Asia Pasifik yaitu Indonesia, Jepang,
Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand dan Vietnam.(*)