Bandung.Internationalmedia.id.-Badan Kerja Cabang (Bakercab) GMNI Bandung secara tegas menyatakan penolakan terhadap wacana pelaksanaan Kongres Ke-22 GMNI yang direncanakan digelar di Kota Bandung oleh DPP GMNI kubu Imanuel-Sujahri.
Sikap ini bukan sekadar penolakan administratif, tetapi merupakan bentuk perlawanan ideologis terhadap praktik-praktik penghianatan terhadap cita-cita perjuangan organisasi dan kaum marhaen.
Halim Mulia, selaku Ketua Bakercab GMNI Bandung, menegaskan bahwa dipilihnya Kota Bandung sebagai tuan rumah tidak mencerminkan semangat perjuangan dan persatuan yang pernah lahir di kota ini—kota yang dahulu menjadi saksi sejarah Konferensi Asia Afrika.
“Kota Bandung adalah simbol perjuangan, intelektualitas, dan moralitas. Memaksakan Kongres faksional di kota ini justru mencoreng nilai nilai historis yang pernah terjadi.” tegas halim, Ketua Bakercab GMNI Bandung.
Disini halim juga menegaskan bahwa kota bandung sebagai kota historis perjuangan, tidak layak dijadikan tempat pelarian elit organisasi yang gagal menjalankan mandat ideologi.
"Jangan jadikan kota yang memiliki nilai - nilai historis ini, sebagai tempat pencucian dosa kolektif bagi para elit-elit gagal serta pecundang sejarah yang menjadikan GMNI sebagai alat dagang politik. ketika ini dipaksakan maka terjadi penghinaan terhadap nilai-nilai ideologis, intelektual, dan etika gerakan mahasiswa yang dijunjung tinggi di Bandung."
Adapun alasan dari penolakan kongres tersebut didasari atas kondisi objektif organisasi hari ini yang tengah sakit namun pelaksanaan kongres tetap dipaksakan di atas luka organisasi.
GMNI yang hari ini tengah terpecah, tercerai, dan mengalami krisis legitimasi akibat dualisme kepemimpinan DPP yang tidak kunjung terselesaikan sejak Kongres Ambon 2019.
Alasan lainnya juga dikarenakan, struktur kepengurusan DPP yang akan menyelenggarakan kongres ini, yaitu Imanuel-sujahri telah menelantarkan organisasi selama 6 tahun, itu membuat struktur tersebut tidak memiliki legitimasi untuk menyelenggarakan kongres GMNI.
Alih-alih menyembuhkan luka, kubu Imanuel-Sujahri justru memaksakan pelaksanaan kongres yang dapat memperburuk kondisi organisasi dengan praktek manipulasi, kooptasi kekuasaan, dan perebutan legitimasi struktural di tubuh organisasi gmni.
“Kongres ini bukan jalan keluar, tapi justru bentuk pemaksaan kehendak oleh elit organisasi yang ingin mengamankan kekuasaan di atas penderitaan dan kebingungan kader,” tegas Halim Mulia, ketua Bakercab GMNI Bandung.
Kalaupun kongres harus diadakan sebaiknya dimulai dari komunikasi akar rumput untuk menyamakan kembali ritme, agenda strategis dan ideologis organisasi.
"kongres hanya mungkin diinisiasi oleh konsolidasi akar rumput bukan oleh kepengurusan DPP yang ada." jelasnya lagi
dengan beberapa alasan diatas halim selaku ketua bakercab gmni bandung menyerukan bahwa :
Menolak dengan keras rencana Kongres ke-22 GMNI oleh DPP Imanuel-Sujahri di Kota Bandung.
Menyerukan boikot nasional terhadap kegiatan organisasi yang tidak sah secara ideologis dan struktural.
Menyerukan kepada seluruh kader gmni se indonesia untuk mengadili seluruh oknum, elite, serta aktor yang berperan dibalik kerusakan organisasi GMNI.
Mendorong rekonstruksi total organisasi melalui konsolidasi ideologis berbasis kader akar rumput.(rel)