Notification

×

Iklan

Iklan

Sempat dianggap Punah, Anjing Langka ‘Bernyanyi' Ditemukan di Papua

Minggu, 06 September 2020 | 17:16 WIB Last Updated 2020-09-06T10:16:33Z
Anjing Bernyanyi di Papua

Jakarta.Internationalmedia.id.-Anjing ‘bernyanyi’ sempat dianggap telah punah di alam liar sekira 50 tahun lalu ditemukan di Puncak Jaya, Papua. Disebut anjing ‘bernyanyi’ karena ketika melolong, suara yang dikeluarkan dalam nada tinggi tersebut terdengar naik turun seperti berirama.

Kepastian bahwa anjing ini tidak punah didasarkan pada analisis DNA yang rinciannya dimuat dalam jurnal ilmiah “Proceedings of the National Academy of Sciences.”

Sebelum studi ini, anjing ‘bernyanyi’ Nugini mendapat julukan jenis anjing paling langka dan paling kuno yang masih bertahan. Namun predikat tersebut sekarang lebih layak disematkan kepada anjing ‘bernyanyi’ yang ditemukan di pegunungan tinggi di Papua.

Anjing bernyanyi Nugini hidup di pusat-pusat konservasi atau di kebun binatang dan diperkirakan sudah tidak ada lagi di alam liar. Penemuan anjing bernyanyi di alam liar oleh peneliti lapangan bernama James McIntyre mematahkan asumsi tersebut.

Ia berhasil mendapatkan sampel DNA anjing ini dan setelah dianalisis disimpulkan bahwa anjing ‘bernyanyi’ Nugini dan anjing ‘bernyanyi’ yang ditemukan di dataran tinggi di Papua sangat mirip.

"Saat ini ada sekira 300 anjing ‘bernyanyi’ Nugini yang hidup di pusat-pusat konservasi di seluruh dunia. Anjing ini hasil dari perkembangbiakan. Jadi penemuan anjing ‘bernyanyi’ di alam liar di Indonesia ini sangat luar biasa," ujar Elaine Ostrander, salah satu penulis di jurnal ilmiah PNAS kepada BBC. "Temuan ini sangat berguna untuk pengembangan ilmu biologi konservasi," kata Ostrander.

Ia mengatakan genom anjing bernyanyi di alam liar lebih variatif dibandingkan anjing ‘bernyanyi’ yang hidup di konservasi. Menurutnya, genom anjing ‘bernyanyi’ yang dikembangbiakkan bukan di habitat alamiah selama bergenerasi pada akhirnya akan kehilangan variasi atau keberagaman.

Kisah penemuan anjing ‘bernyanyi’ ini berawal pada 2012 ketika seorang pemandu wisata mengambil foto seekor anjing liar di dataran tinggi di Papua. Kemudian pada 2016, McIntyre, selama satu bulan secara khusus mencari dan memfoto sekira 15 anjing liar di pegunungan Papua.

Pada 2018, McIntyre kembali ke Papua dan kali ini berhasil mendapatkan sampel DNA dari dua anjing yang terperangkap, yang lantas dilepaskan lagi.

Sampel ini dianalisis oleh tim yang antara lain beranggotakan Heidi G. Parker, Suriani Surbakti, dan ilmuwan-ilmuwan lain dari beberapa negara. Parker mengatakan bahwa analisis menunjukkan anjing ‘bernyanyi’ ternyata tidak punah, mereka masih bisa ditemukan di alam liar.

Ostrander dan tim penulis mengatakan temuan anjing ‘bernyanyi’ di alam liar di dataran tinggi Papua sangat penting dalam memahami domestifikasi anjing.

Misteri yang belum diketahui oleh para ahli adalah untuk apa sebenarnya lolongan berirama yang dikeluarkan anjing-anjing ini? Apakah ini mekanisme pemberitahuan kepada anggota kawanan bahwa ada bahaya misalnya? "Kami belum tahu jawabannya," kata Ostrander dalam wawancara dengan BBC.

"Tapi sepertinya bukan sebagai cara untuk memberi tahu bahwa ada bahaya yang mengancam. Kami telah melakukan observasi, anjing-anjing ini mengeluarkan lolongan yang berirama ketika tidak ada bahaya," jelas Ostrander. "Yang pasti, suaranya sangat berbeda dengan suara anjing rumahan yang biasa kita dengar," katanya. (BBCI/c)

×
Berita Terbaru Update