![]() | |
| Dr. Wilmar Eliaser Simanjorang |
Dikenal dengan pesan inspiratifnya, “Selamatkan Danau Toba. Kalau bukan kita, siapa lagi?”, Wilmar telah melakukan berbagai upaya nyata untuk menjaga kelestarian Danau Toba. Mulai dari menulis di berbagai media nasional, menanam ribuan pohon di lereng Dolok Pusuk Buhit, hingga menggerakkan masyarakat melalui aksi nyata.
Atas kontribusinya yang besar, Wilmar menerima penghargaan Wana Lestari dari Kementerian Kehutanan. Baginya, Geopark Kaldera Toba bukan sekadar label UNESCO, melainkan amanah besar untuk melestarikan ciptaan Tuhan. Ia meyakini bahwa konservasi sejati hanya dapat terwujud jika ilmu, budaya, dan iman berjalan beriringan.
"Danau Toba bukan hanya geologi, ia adalah teologi — jejak tangan Tuhan di tanah kita," tulis Wilmar dalam salah satu artikelnya.
Di usia 71 tahun, Wilmar terus aktif menanam, mengajar, dan menginspirasi. Ia tak lelah mengingatkan bahwa menjaga Danau Toba bukanlah tugas segelintir orang, melainkan panggilan bagi seluruh masyarakat.
"Mari menanam, menjaga, dan meneruskan cinta yang sama untuk Danau Toba," ajaknya.
Dedikasi Dr. Wilmar Eliaser Simanjorang adalah contoh nyata bahwa cinta dan kepedulian terhadap lingkungan dapat diwujudkan melalui tindakan nyata. Semangatnya diharapkan dapat terus menginspirasi generasi muda untuk turut serta menjaga kelestarian Danau Toba, warisan alam yang tak ternilai harganya.
![]() | ||
| Dr. Wilmar Eliaser Simanjorang Bersama isteri Nurhaida Simarmata |
Tentang Dr. Wilmar Eliaser Simanjorang:
Dr. Wilmar Eliaser Simanjorang adalah seorang tokoh lingkungan yang dikenal atas dedikasinya dalam menjaga kelestarian Danau Toba. Ia aktif dalam berbagai kegiatan konservasi dan edukasi lingkungan, serta sering menulis tentang pentingnya menjaga alam dan budaya.
Lahir di Samosir, 11 November 1954, Dr. Wilmar pernah menduduki jabatan penting sebagai Penjabat Bupati Samosir (2004–2005). Namun setelah masa itu berakhir, ia memilih jalan yang lebih sunyi, namun jauh lebih bermakna — meninggalkan kenyamanan birokrasi untuk mengabdi kepada bumi tempat ia dilahirkan.
“Jabatan bisa berganti, tapi tanggung jawab terhadap alam tidak pernah berakhir,” ujarnya suatu ketika.
Sejak saat itu, langkahnya lebih sering terlihat di lereng bukit yang gundul daripada di ruang rapat. Kini, ia menjabat sebagai Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia (PS_GI), lembaga yang berperan aktif meneliti, mengedukasi, dan mengadvokasi pelestarian kawasan Geopark Kaldera Toba, warisan geologi dunia yang diakui UNESCO.
![]() |
| Sedih menyaksikan akibat kebakaran Hutan dan Lahan |
Selama bekerja di lingkungan birokrasi, Wilmar menempuh pendidikan tinggi lebih lanjut di Fakultas Administrasi Bisnis dan Ekonomi di Scuola Superiore Enrico Mattei di Milan, Italia dan Fakultas Penerapan Rencana dan Pembangunan di The Institute of Studies For Economic Development di Napoli, Italia. Wilmar ditawarkan gelar doktor honoris causa selama masa jabatannya sebagai penjabat bupati, tetapi ia menolaknya.
Beberapa tahun setelah ia mengundurkan diri dari jabatan bupati, Wilmar menjadi instruktur di Institut Pemerintahan Dalam Negeri.Wilmar kembali menempuh pendidikan dalam bidang teologi di IAKN Tarutung pada tahun 2016 dan diwisuda pada tahun 2020 dengan predikat cum laude.Wilmar lalu mulai mengajar di institut tersebut.
Wilmar menikah dengan Nurhaida Simarmata pada tanggal 19 November 1981. Pasangan tersebut memiliki tiga anak laki-laki yang bernama Christian Simanjorang, Laurence Ricardo Simanjorang, dan Vincent Simanjorang, dan satu anak perempuan yang bernama Helda Febrosa.(Ter)


