Jakarta.Internationalmedia.id.-Commuter Line Yogyakarta–Palur terus menjadi transportasi pilihan masyarakat karena terjangkau dan efisien. Kehadiran transportasi berbasis rel ini telah meningkatkan aksesibilitas dan kemudahan bertransportasi, di samping berkontribusi mengurangi tingkat polusi udara.
Tak kalah penting, Commuter Line juga memberikan nilai tambah ekonomi bagi warga sekitar wilayah operasional, terutama di sentra-sentra perekonomian dan wisata.
VP Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda dalam keterangannya siang ini, menyampaikan bahwa sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Angka 2025, tercatat lebih dari 16 juta orang wisatawan baik mancanegara maupun lokal pada 2024 yang berkunjung ke Kota Yogyakarta.
“Sedangkan untuk wilayah Kota Surakarta, menurut data BPS jumlah wisatawan tercatat lebih dari 4,4 juta orang. Terdiri dari hampir 4,49 juta wisatawan lokal dan 12 ribu lebih wisatawan mancanegara,” jelas Karina.
Tentunya peningkatan pariwisata ini juga memengaruhi peningkatan volume pengguna Commuter Line. "Ini menunjukkan adanya simbiosis mutualisme. Linier dengan tingginya ketergantungan masyarakat dan wisatawan terhadap moda transportasi ini untuk beraktivitas atau sekadar menjelajahi area aglomerasi Yogyakarta, Klaten, hingga Solo," kata Karina lagi.
Destinasi-destinasi wisata khususnya yang berada di Kawasan kota juga terus ramai dikunjungi. Sebut saja Malioboro yang dekat dengan Stasiun Yogyakarta dan Stasiun Lempuyangan, kerap ramai dikunjungi masyarakat pengguna Commuter Line dari wilayah Klaten, Surakarta dan Purworejo.
Selain itu, tempat wisata di Kota Surakarta seperti Pura Mangkunegaran dan Museum Batik juga sering dikunjungi oleh para wisatawan. Dengan akses yang mudah dan efisien, kerap kali para wisatawan berkunjung dari luar kota Surakarta dengan menggunakan Commuter Line.
Terlebih spot wisata itu pun dekat dengan Stasiun Solo Balapan dan Stasiun Purwosari. Bahkan Stasiun Palur di Karangayar pun, kerap jadi titik destinasi wisatawan yang ingin ke Grojogan Sewu dan mendaki Gunung Lawu via Cetho.
Tak ayal, rata-rata volume pengguna Commuter Line Yogyakarta-Palur pada akhir pekan mencapai 34.686 orang per hari, untuk beraktivitas atau sekadar menjelajahi area aglomerasi Yogyakarta, Klaten, hingga Solo. Sedangkan pada hari kerja sebanyak 24.141 orang setiap harinya menggunakan Commuter Line untuk beraktivitas. "Artinya, ada peningkatan lebih dari 10 ribu pengguna di akhir pekan, dibandingkan hari biasa atau saat weekday," katanya lagi.
Angka tersebut terus meningkat dengan pertumbuhan sebesar 6,2 persen jika dibandingkan dengan jumlah pengguna akhir pekan pada awal tahun 2025. Kenaikan volume pengguna ini sebagian besar didorong oleh perjalanan non-rutin seperti wisata dan rekreasi, dengan Stasiun Yogyakarta, Lempuyangan, dan Klaten serta Solo Balapan bertindak sebagai gerbang utama yang terintegrasi langsung dengan jantung kota dan destinasi wisata populer.
Dorong Cashless Society
Lebih lanjut, Karina menyampaikan bahwa transportasi Commuter Line Yogyakarta–Palur juga sedikit banyak telah mengubah budaya masyarakat dalam melakukan transaksi nontunai. Untuk mendukung program pemerintah dalam mendorong terciptanya cashless society atau bertransaksi tanpa uang tunai, KAI Commuter sejak awal menerapkan seluruh transaksi pembayaran tiket Commuter Line di wilayah ini secara nontunai.
Para penggunanya bisa melakukan transaksi pembayaran tiket Commuter Linenya menggunakan Kartu Multi Trip (KMT), kartu Uang Elektronik Bank, ataupun dengan tiket kode QR. Sepanjang tahun 2025 hingga September ini, lebih dari 40 persen pengguna atau lebih dari 2,67 juta orang menggunakan KMT sebagai alat transaksi pembayaran tiket Commuter Line Yogyakarta–Palur. KMT juga dapat digunakan di TransYogya dan Locker & Shower KAI Wisata di Stasiun Yogyakarta.
Selain itu, penggunaan kartu Uang Elektronik Bank sebanyak 23 persen atau hampir sebanyak 1,53 juta pengguna. Sedangkan penggunaan kode QR dalam melakukan transaksi pembayaran tiket Commuter Line yang lebih disukai oleh pengguna dari kalangan Gen Z, mencatat lebih dari 36,7 persen atau lebih dari 2,4 juta orang.
Karina juga menambahkan bahwa Commuter Line sedikit banyak juga berperan sebagai urat nadi penggerak perekonomian masyarakat sekitar wilayah operasionalnya. Akses yang mudah serta konektivitas dan waktu tempuh yang pasti dengan tarif yang terjangkau membuat wisatawan dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin leluasa untuk bergerak dan bertransaksi antarwilayah, turut membuka peluang kerja dan investasi baru di wilayah sekitar.
“Ke depannya, KAI Commuter akan terus berkolaborasi dan berinovasi untuk menciptakan ekosistem nontunai yang lebih masif. Salah satunya dengan integrasi perjalanan dan kemudahan kepada masyarakat dalam bertransportasi, khususnya menggunakan Commuter Line sebagai moda transportasi yang efektif dan ramah lingkungan,” tutup Karina.(rel)
