Notification

×

Iklan

Iklan

MRCCC kembali Gelar ”Siloam Oncology Summit (SOS) 2025”

Minggu, 18 Mei 2025 | 19:02 WIB Last Updated 2025-05-18T12:02:25Z
(ki-ka)-Dr. dr. C. Rinaldi A. Lesmana, dr. Dwi Oktavia, Caroline Riady, dr. Grace Frelita, dan dr. Edy Gunawan, berbincang usai  prosesi pembukaan

Jakaarta, Internationalmedia.id.-Mochtar Riady Comprehensive Cancer Centre (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan inovasi penanganan kanker di Indonesia melalui pelaksanaan ajang ilmiah ”Siloam Oncology Summit (SOS) 2025” yang berlangsung 16 - 18 Mei 2025 di Hotel Shangri-La, Jakarta. 

Pembukaan secara resmi dilakukan oleh Chairman Scientific Committee Siloam Oncology Summit 2025, Dr. dr. C. Rinaldi A. Lesmana, SpPD-KGEH, FACP, FACG, FINASIM, Wakil Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dr. Dwi Oktavia TLH,M.Epid, CEO Siloam Hospitals Group Caroline Riady, Medical Managing Director Siloam Hospitals Group dr. Grace Frelita, MM dan CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dr. Edy Gunawan, MARS pada Sabtu, 17 Mei 2025.
 
Acara ini diikuti oleh 700 partisipan yang terdiri dari dokter subspesialis, dokter spesilias, dokter umum, radiologis, perawat, perwakilan rumah sakit, dan lain-lain yang terkait dengan manajemen kanker. 

Dr Edy Gunawan, MARS, CEO MRCCC Siloam Hospitals Semanggi menjelaskan, Agenda Siloam Oncolgy Summit ke-5 terdiri dari workshop, simposium, dan pameran poster. Melibatkan 100 pembicara, terdiri dari 11 pembicara dari luar nageri, dan 89 pembicara dari Indonesia, di antaranya 24 dokter subspesilias di bidang onkologi. 

Acara ini bagian dari rangkai kegiatan MRCCC Siloam yang lebih besar. Kami selalu memposisikan diri tidak hanya sebagai RS tapi berperan menanggulangi besarnya beban kanker di Indonesia.  

CEO Siloam Hospitals Group Caroline Riady

Data kanker di Indonesia, 60-70% kasus sudah terdiagnosis dalam kategori stadium lanjut. inilah yang bikin berat beban pembiayaan. Pengobatan lebih kompleks, outputnya tidak sebaik jika dilakukan deteksi dan penanganan sejak dini, jelas dr.Edy. 

Wakil Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dr. Dwi Oktavia TLH, M.EPID menyambut baik acara seperti Siloam Oncology Summit yang menyatukan berbagai keahlian dalam menangani penyakit kanker, mulai dari pencegahan hingga terapi. Hal ini karena kanker masih menjadi penyakit yang mengancam dengan angka kematian tinggi. 

Data International Agency For Research on Cancer (IARC) menunjukkan kasus kanker baru di Indonesia mencapai 108.000 kasus dengan lebih dari 24 ribu kematian.  Pembiayaan kanker mencapai 6,5 Triliun rupiah atau menempati urutan kedua dari klaim ke BPJS pada tahun 2024. 

“Siloam MRCCC adalah salah satu rumah sakit yang melayani pasien BPJS sehingga ikut berkontribusi memberikan harapan dan kesempatan hidup untuk pasien kanker.” ujar dr. Dwi. 

CEO Siloam Hospital Group, Caroline Riady, memaparkan, “Tema Siloam Oncology Summit tahun ini adalah United by Unique, yang mungkin menjadi sesuatu hal yang baru bagi Masyarakat dunia.  Tetapi tentu saja bukan hal yang baru bagi kita orang Indonesia. 

Ada sebuah motto dari seorang penyair Jawa, Bhinneka Tunggal Ika yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit abad ke-14, yang diterjemahkan menjadi berbeda-beda tetapi satu yang menyatukan kita semua. Dan sekarang saatnya menerapkan identitas ini pada perawatan kanker,” jelas Caroline. 

Caroline menjelaskan lebih lanjut bahwa setiap pasien itu unik dan memiliki riwayat yang berbeda, kondisi biologis yang berbeda, dan harapan yang berbeda.

Peserta seminar 

Begitu pula para profesional yang terdiri dari ahli onkologi, ahli bedah, ahli patologi, ahli radiologi, perawat, peneliti, manajemen, semuanya membawa keahlian mereka yang berbeda kemudian dipersatukan oleh tujuan bersama dan berkolaborasi memberikan perawatan kanker terbaik. 

Melalui pendekatan multidisiplin, kita dapat menyesuaikan perawatan dengan kondisi unik setiap pasien, menyediakan perawatan kanker yang tidak hanya efektif, tetapi juga penuh kasih sayang, holistik, dan berkelanjutan, kata Caroline. 

Prof. Dr. Deborah A. Kuban M.D dari MD Anderson Cancer Center, di Houston, Texas, Amerika Serikat, membagikan pengalamannya di MD Anderson, bagaimana penanganan pasien kanker yang melibatkan tim multidisiplin dapat mengubah perawatan kanker. 

Kolaborasi adalah kunci dalam penanganan oleh tim multidisiplin dengan pasien adalah pusatnya. Perawatan ini berpusat pada pasien, dan memerlukan sebuah tim. Akan ada beberapa interaksi dalam perawatan multidisiplin yang harus kita pahami, bahwa kita memerlukan pengalaman profesional yang beragam mulai dari ahli bedah onkologi, ahli onkologi, diagnostik, patologi, onkomedicine , radiasi, dll. 

Belum lagi perawat onkologi, riset, psikososial, yang akan bersinggungan dengan kebutuhan pasien untuk pengambilan keputusan terbaik. Perawatan ini harus dikoordinasikan dan tidak hanya berjalan secara linier. jelas Prof. Deborah.

Manfaat pendekatan multidisiplin dalam penanganan kanker, menurut Prof. Deborah antara lain:
- pendekatan dilakukan secara tim yang merupakan gabungan dari berbagai ahli
- mengurangi fragmentasi atau keputusan yang dilakukan secara terpisah
- mengurangi tindakan dan layanan yang tidak perlu, termasuk biaya yang tidak
  perlu
- memperbaiki komunikasi dokter dan pasien
- mempersingkat waktu diagnosis hingga terapi potensi hasil yang lebih baik.

“Jadi dengan pendekatan multidispilin ini, hasilnya sangat luar biasa dan manfaatnya banyak sekali,” tegas Prof. Deborah. 

Prof. dr. Herawati Sudoyo M.S., Ph.D., Principal Investigator Genome Diversity and Disease at Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, menambahkan bahwa tim multidisiplin juga dibutukan dalam riset kanker. Herawati mengatakan bahwa genomik adalah dasar dari penanganan kanker. 

“Studi berbasis populasi menyatakan bahwa kejadian kanker yang berat cenderung akan menimpa satu kelompok individu daripada kelompok lainnya. Riset di bidang genomik mencoba mencari apa penyebabnya.”

Riset pun dilakukan berkolaborasi dengan berbagai ilmuwan atau periset dari berbagai multidisiplin. 

“Jadi peran pendekatan genetik dalam penanganan kanker akan berlangsung terus menerus, dari sisi etiologi, prevalensi, skrining, diagnosis, pengobatan, bahkan sampai perawatan tahap akhir atau paliatif care,” jelas Prof. Herawati. 

Sebagai informasi tambahan, rangkaian kegiatan dalam summit ini mencakup simposium dan workshop yang seluruhnya ber-SKP resmi dari Kementerian Kesehatan RI. Para peserta dapat memperoleh SKP hingga 32 poin dari sesi simposium dan 9 poin dari workshop, tergantung pada profesi dan kehadiran masing-masing. (RBS)

×
Berita Terbaru Update