Notification

×

Iklan

Iklan

Kementrian Pariwisata Godok Pedoman Wisata Edukasi

Sabtu, 17 Mei 2025 | 13:27 WIB Last Updated 2025-05-17T06:27:55Z
Wamenpar, Ni Luh Puspa

Jakarta, Internationalmedia.id.-Kementrian Pariwisata tengah menggodok pedoman Wisata Edukasi yang akan diatur dalam sebuah Peraturan Menteri. 

Hal tersebut disampaikan Wamenpar, Ni Luh Puspa dalam Diskusi Ngoprek (Ngobrolin Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) yang mengusung tema “Dilarang atau Diatur? Mencari Titik Temu Antara Study Tour dan Masa Depan Pariwisata” yang diinisiasi oleh Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Rabu (14/5/2025)  seperti keterangan yang diterima Kamis(16/05).

“Pemerintah sedang dalam proses menyusun pedoman wisata edukasi yang berfokus pada keamanan siswa, kesiapan destinasi, dan nilai pembelajaran. Wisata edukasi perlu dirancang dengan hati-hati, tapi jangan sampai anak-anak kehilangan kesempatan belajar langsung dari lingkungan,” kata Ni Luh.

Menurutnya, fokus utama pemerintah bukan pada larangan, tetapi pada upaya menciptakan pedoman yang menjamin keselamatan dan kebermanfaatan wisata edukasi.

“Bukan soal menghasilkan angka pariwisata, tapi bagaimana kegiatan ini memberi manfaat nyata bagi adik-adik kita. Kita ingin solusi jangka panjang, bukan sekadar memadamkan polemik sesaat,” katanya.

Sebelumnya, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenpar, Rizki Handayani, menyampaikan bahwa regulasi ini perlu dihadirkan sebab sebelumnya belum ada regulasi yang mengatur mengenai wisata edukasi. Kehadiran regulasi ini akan menjadi angin segar bagi pelaksanaan study tour atau wisata edukasi bagi siswa sekolah.

Foto bersama usai acara Ngoprek

“Ini bisa menjadi blessing in disguise. Diskusi seperti ini penting agar kita tidak terjebak pada pelarangan, tapi membahas model penyelenggaraan wisata edukasi yang bertanggung jawab,” ujar Rizki.

Direktur Utama TMII (Taman Mini Indonesia Indah), Intan Ayu Kartika, mengapresiasi aturan tersebut, dimana regulasi dan standar nasional untuk memastikan study tour berjalan aman dan bermakna sangat dibutuhkan saat ini ditengah berbagai kejadian kecelakaan.

“Anak-anak perlu ruang belajar di luar kelas untuk membentuk karakter. Tapi tentu harus ada aturan yang mengatur jumlah pendamping, kurasi materi, hingga transportasi,” ungkap Intan.

Intan menyampaikan TMII sendiri selama ini menjadi salah satu destinasi utama wisata edukatif di Indonesia. Intan menegaskan pentingnya memperkenalkan kebudayaan dan keragaman sejak usia dini.

“Daripada terlalu jauh, TMII menawarkan pengalaman belajar budaya Indonesia yang kaya. Di sinilah anak-anak bisa mengenal akar ke-Indonesia-an mereka,” ujarnya.

Lalu, Koordinator Nasional P2G (Perhimpunan Pendidikan dan Guru), Satriawan Salim, menilai bahwa pelarangan total study tour justru bisa menghilangkan potensi pembelajaran yang kontekstual.

“Yang harus dihindari adalah tour tanpa study. Kita butuh standarisasi, dari proporsi pembimbing, keamanan, sampai substansi edukasinya,” ujar Satriawan.

Tampil juga sebagai pembicara lainnya, yaitu  Managing Director Adonta Education, Donny D; penggerak desa wisata Nglanggeran, Sugeng Handoko; dan Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan Provinsi Banten, Herdi Herdiansyah. 

Walau Acara Ngobrol Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Ngoprek) baru edisi Perdana dari Forum Wartawan Pariwisata(Forwaparekraf), menurut Wamen Ni Luh Puspa sudah memberikan kontribusi positif bagi Kementrian Pariwisata. 

 “Saya sangat mengapresiasi acara ngoprek ini.  Ini kontribusi nyata para Journalis yang tergabung dalam Forwaparekraf, dalam menunjang Pariwisata yang lebih baik,” tutupnya. (RBS)
×
Berita Terbaru Update