Notification

×

Iklan

Iklan

Prof Dr Arif Satria Terpilih Jadi Ketum ICMI Periode 2021-2026

Senin, 06 Desember 2021 | 17:40 WIB Last Updated 2021-12-06T10:40:13Z
Ketua ICMI Periode 2021-2026, Arif Satria (kanan)

Bandung.Internationalmedia.id.- Prof. Dr. Arif Satria terpilih sebagai Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) periode 2021-2026 pada Muktamar VIIyang digelar dari tanggal 4-6 Desember di Kota Bandung. 

Arif Satria berterima kasih terhadap dukungan peserta Muktamar VII. Ia mengaku akan amanah terhadap jabatan yang diberikan dan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

"ICMI akan bertransformasi menjadi organisasi yang lebih responsif terhadap perubahan dan akan memberikan warna serta pengaruh yang kuat bagi Islam Indonesia," kata Arif yang juga sebagai Rektor IPB itu, Senin (6/12/2021).

Arif yang juga sebagai Ketua Orwilsus Bogor itu akan melaksanakan Empat Agenda Transformasi.

Pertama, ICMI harus menjadi sumber inspirasi bangsa karena di dalamnya berisi para cendekiawan yang mesti mempunyai nilai lebih dalam memahami arus perubahan dan menawarkan agenda-agenda solusinya. 

Oleh sebab itu, kata Arif, ICMI harus menginspirasi dengan platform besar bagaimana mengkonstruksi peradaban baru yang dipicu tiga disrupsi di atas.
 
Menurutnya, platform besar ICMI di era disrupsi harus memuat kerangka ideologis dan teknokratis tentang solusi masa depan. Hal tersebut dapat menginspirasi bagi pemerintah, dunia usaha, ormas Islam, dan masyarakat luas agar makin optimistik dalam merespon perubahan.

 
Di sinilah peran universalitas ICMI menguat sehingga kehadirannya sangat dinanti oleh publik karena membawa manfaat universal. Yakni, manfaat yang muncul dari peran ICMI sebagai salah satu poros utama perubahan, tuturnya.

Kedua, ICMI harus menjadi rumah bersama umat Islam agar peranan universal tidak meninggalkan fungsinya dalam membangun kebersamaan umat Islam untuk proses transformasi. 

Hal tersebut perlu dilakukan agar ICMI bisa menjadi jembatan yang berfungsi memperkuat konektivitas antar ormas Islam agar lebih sinergis dan kolaboratif. 
 
Bagaimana pun juga umat Islam adalah terbesar di Indonesia dan harus berperan dalam konstruksi peradaban baru berbasis kekuatan IPTEK dan IMTAK, tambahnya.

Dikatakan, ICMI harus bergandengan dengan ormas-ormas Islam untuk merespon tantangan perubahan sehingga umat Islam di Indonesia benar-benar menjadi bagian penting dari masa depan bangsa. 

Dengan begitu, keseimbangan semangat keIslaman dan keIndonesiaan ICMI benar-benar terlihat nyata.

Agenda transformasi yang ke tiga yaitu ICMI harus terus mengawal proses transisi demokrasi. Pasalnya, demokrasi di Indonesia saat ini masih berciri demokrasi prosedural bukan substansial.

Namun, proses ke arah demokratis substansial harus terus berlanjut hingga mencapai titik kematangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebab, di tengah dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, ICMI harus menjalankan peran politik moral, bukan politik praktis.

"ICMI harus menjadi bagian dari solusi, dan bukan bagian dari masalah dan konflik. Sebagai salah satu komponen masyarakat sipil, ICMI dapat berperan secara etik mengawal terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat secara politik, adil secara sosial, dan makmur secara ekonomi," ucapnya.

Selanjutnya, agenda transformasi yang ke empat yakni ICMI harus memiliki kepeloporan dalam agenda aksi. Hal tersebut dibuktikan dengan lahirnya Bank Muamalat yang tidak terlepas dari peran ICMI di masa lalu.

"Ini bukti agenda aksi yang sukses. Dengan berkembangnya situasi seiring tiga disrupsi besar maka bangsa ini perlu terobosan-terobosan baru dalam bentuk agenda aksi dalam inovasi teknologi, ekonomi, pangan 4.0, lingkungan, pendidikan,  maupun inovasi sosial," lanjutnya.

Ia menilai kecendikiawanan adalah tentang kepedulian tetapi tidak tidak cukup dengan pemikiran semata. Akan tetapi, kepedulian memerlukan kemampuan menurunkan ke dalam agenda aksi yang membawa manfaat konkrit, sistemik, dan berkelanjutan.

Dengan demikian, ia berharap ke empat agenda transformasi tersebut dapat berguna dan menjadi penting untuk memposisikan ICMI secara sentral dalam arus besar disrupsi. Kemampuan ICMI memposisikan diri seperti itu tergantung kesamaan visi dan pola pikir baru pengurus dan anggotanya.

"Sehingga saatnya kita duduk bersama untuk memformulasikan agenda-agenda besar tersebut. Muktamar adalah momen yang tepat untuk hal itu, dan juga tepat menunjukkan bahwa ICMI bisa menjadi motor perubahan, dan bukan penonton perubahan," tutupnya.(Ter)

×
Berita Terbaru Update