Atraksi berselancar di sungai Kampar di atas gelombang besar yang disebut BONO dan dibanggakan oleh masayarakat Kabupaten Palalawan Riau kini menjadi ikon industri kepariwisataan di Riau sudah mendunia.
Hal ini terungkap dari topik webinar Komunitas Masyarakat Danau Toba(KMDT) tentang percepatan pengembangan kawasan Kabupaten Palalawan berbasis nilai kebijakan lokal, dilaksanakan baru baru ini yang diikuti pakar KMDT sebagai nara sumber serta di ikuti peserta dari mahasiswa Universitas Riau.
Menarik ! .Artinya kalau Pemerintah Pusat menetapkan kaldera Danau Toba merupakan danau vulkanik terbesar di dunia, Yogyakarta dan Jateng punya Candi Borobudur, Sumatera Barat memilih Mandeh sebagai Raja Ampat-nya Sumatera, dan Riau dengan gelombang bono. sebagai objek wisata dunia.
Maka di Sumatra tidak hanya sendiri tetapi propinsi Riau pun miliki pamor yang sudah mendunia bahkan dicatat peristiwa ini dalam buku rekor dunia dalam Guiness Book of The World Record.
Dari sistim kepariwisataan terdokumentasi potensi yang luar bisa menarik dari Kabupaten Palalawan , memiliki atraksi sebagai berikut:
Di sungai Kampar, kita bisa menyaksikan bono, suatu fenomena alam berupa ombak besar bergulung-gulung di sungai.
Ombak bono di Sungai Kampar ini dikatakan besar karena bisa mencapai ketinggian 4-5 meter dan bergerak dari muara di Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti dan Tanjung Mentangor.
Ini terjadi karena adanya pertemuan arus sungai menuju laut dan arus laut yang masuk ke sungai akibat air pasang (tidal bore).
Jarak yang ditempuh bono ini adalah sejauh 50-60 kilometer (km) menyisir sepanjang daerah aliran sungai (DAS) dengan kecepatan rata-rata 40 km per jam.
Semakin menjauh dari muara, maka tinggi ombak akan semakin mengecil tak lebih dari 70 sentimeter hingga 1 meter. Uniknya, ombak besar ini mengalir berlawanan dengan arus sungai.
Tak seperti ombak besar di laut, ombak bono bisa mencapai panjang 200 meter hingga 2 kilometer mengikuti lebar sungai. Sungai Kampar memiliki panjang sekitar 413 km dengan hulu di Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatra Barat) dan bermuara di Selat Malaka.
Fenomena ombak bergulung-gulung lazimnya bisa kita lihat di perairan sekitar pantai atau beberapa ratus meter menuju bibir pantai. Tetapi tidak demikian halnya di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau
Menurut kisah Sentadu Gunung Laut yang merupakan cerita masyarakat Melayu lama, ombak bono terjadi karena perwujudan tujuh hantu yang sering menghancurkan sampan maupun kapal yang melintasi Sungai Kampar.
Gelombang tujuh hantu ini adalah 7 ombak Bono dengan formasi 1 di depan dan diikuti dengan 6 gelombang di belakangnya dengan formasi hampir sejajar memasuki Kuala Kampar.
Ia berbentuk tujuh jenis gulungan ombak mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian depan diikuti enam gulungan ombak di belakangnya dengan tinggi ombak lebih kecil dan mampu berselancar selama 30 menit,namun memberi kesan seram.
Ombak Bono atau kadang biasa juga disebut Gelombang Bono terjadi ketika saat terjadinya pasang (pasang naik) yang terjadi di laut memasuki Sungai Kampar.
Kecepatan arus air sungai menuju arah laut berbenturan dengan arus air laut yang memasuki Sungai Kampar. Benturan kedua arus itulah yang menyebabkan gelombang atau ombak tersebut.
Bono akan terjadi hanya ketika air laut pasang. Dan akan menjadi lebih besar lagi jika pada saat air laut mengalami pasang besar (bulan besar) diiringi hujan deras di hulu Sungai Kampar.
Derasnya arus sungai akibat hujan akan berbenturan dengan derasnya pasang air laut yang masuk ke Kuala Kampar. Ombak tinggi ini mampu bertahan hingga sejauh 50 km, begitu tulis Colas dalam ulasannya di salah satu edisi World Stormrider Guide.
Perselancar Dean Brady dikutip dari situs SurferToday.mencoba menaklukkan bono Sungai Kampar dan sukses berselancar hampir selama satu jam pada Maret 2011.
Sesungguhnya ombak besar ini sangat ditakuti masyarakat sehingga untuk melewatinya harus diadakan semah, semacam upacara di waktu pagi atau siang hari dipimpin tetua adat setempat .
Maksudnya, agar selamat saat berhadapan dengan ombak bono namun ombak bono juga dijadikan ajang uji nyali bagi setiap pendekar Melayu pesisir untuk meningkatkan keahlian bertarung mereka. Bono sendiri dalam bahasa masyarakat setempat berarti berani.
Istilah Bono atau Tidal Bore juga memiliki banyak sebutan lain, ada yang memberi nama Benak, Pororoca dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah Aegir.
Masyarakat Brazilia dan Venezuela serta Mexico menyebut Gelombang Bono dengan nama "pororoca",terjadinya di sungai ternama seperti Amazon Macapa Brazil dan Sungai Orinoco di Venezuela, Sungai Mearim, Brazil.
Hampir seluruh sungai yang bermuara ke teluk Fundy Kanada memiliki gelombang Bono. Teluk Fundy berada di daerah sekitar antara Nova Scotia dan daerah New Brunswick.
Gelombang Bono Meksiko umumnya terjadi dari Laut Cortez yang memasuki muara sungai Colorado. Gelombang Bono mulai terbentuk di sekitar Pulau Delta Montague yang kemudian memasuki sungai. Gelombang Bono di Cina terjadi di Sungai Qiantang, dan masyarakat disana menyebutnya Naga Perak.
Namun Pelalawan, selain melakukan penataan kawasan mesti bisa mencari atraksi andalan lainnya dan pelalawan sanggup sebab wilayah ini memiliki sumber alam seperti potensi pertanian dan perkebunan yang mampu disulap menjadi agro tourism serta terkombinasi dengan budaya melayu yang termashur hingga kenegara tetangga.
Juga yang bisa menarik wisatawan untuk kelak dibuatkan calendar of event serta mendesain spot ittenerary dengan berbagai kegiatan wisatawan agar lama tinggal(length of stay) dapat ditingkatkan dan dibuatkan paket tur untuk dapat dijual di bursa Pariwisata.
Palalawan pun memiliki pertambangan yakni 2(dua) jenis tambang yang ada di Kabupaten Pelalawan adalah: minyak bumi dan gas bumi. Produksi minyak bumi mencapai 515,80 ribu barrel di tahun 2013 dengan angka mengalami kenaikan yang mampu menjadi menyadi media untuk menarik minat konsumen yang membutuhkan rekreasi dan kegiatan leisure.
Strategi percepatan
Kiat dalam strategi pengembangan kawasan adalah pendekatan produk ,dengan merawat lingkungan sungai kampar menjadi ramah berbasis lingkungan antara lain meningkatkan hygiene serta sanitasi,hospitalitas dan safetiness yang selaras dengan sapta pesona, sepanjang track Bono sungai Kampar.
Dan strategi percepatan yakni memberikan umpan dengan melibatkan political will birokrat dalam menghasilkan kebijakan publik stratejik Ripparda serta Perda Pariwisata yang tentunya akan menghasilkan biaya serta fasilitas ytang dibutuhkan bagi pengembangan kawasan secara serius Dengan eksploitasi sumber daya alam yang sudah tersedia diatas bagi Palalawan tidak akan sulit mendapatkan dana cukup yang dimanfaatkan berkelanjutan.
Konon pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 176 miliar untuk membangun infrastruktur jalan menuju Teluk Meranti-Pelalawan. Agar masyarakat, terutama wisatawan, mudah menjangkau kawasan bono diperkirakan waktu tempuh 1,5 sampai 2 jam menuju destinasi ombak bono.
Gelombang bono memiliki kecenderungan destruktif karena menyebabkan erosi di wilayah sempadan Sungai Kampar serta air yang melimpah ke daratan tak jarang merendam permukiman warga hingga setinggi satu meter..
Karenanya di sekitar wisata ombak bono bakal disiapkan kawasan ekowisata atau wisata alam. Kawasan bono juga akan ditetapkan sebagai kawasan ekonomi khusus sehingga dapat memacu perkembangan ekonomi masyarakat. investasi yang paling menguntungkan
Bono ini sebenarnya terdapat di dua lokasi di Provinsi Riau yaitu di Muara (Kuala) Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan dan di Muara sungai Rokan di Kabupaten Rokan Hilir. Masyarakat setempat menyebut Bono di Kuala Kampar sebagai bono jantan karena lebih besar, sedangkan Bono di Kuala Rokan sebagai bono betina karena lebih kecil.
Menurut kepercayaan warga, gelombang bono yang ada di sungai kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di daerah Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapi-api.
Mitosnya, bono di kuala kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk Bono. Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke selat Malaka.
Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ketempat masing-masing, lalu bermain memudiki sungai Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira bono berpacu memudiki kedua sungai itu.
Menurut cerita Melayu lama berjudul Sentadu Gunung Laut), setiap pendekar Melayu pesisir harus dapat menaklukkan ombak Bono untuk meningkatkan keahlian bertarung . Mengendarai Bono intinya adalah menjaga keseimbangan badan, di luar masalah mistis.
Dahulu, masih ada sifat mistis di lokasi tersebut, maka untuk mengendarai Bono harus dengan upacara "semah" yang dilakukan pagi atau siang hari. Upacara dipimpin oleh BOMO atau Datuk atau tetua kampung dengan maksud agar pengendara Bono selalu mendapat keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya dan cerita mistis ini konon berhubungan dengan terbentuknya Kerajaan Pelalawan 1822 Masehi.
Aksesiblitas, Akomodasi dan Host hospitalitas.
Bono yang disebut mewakili sifat beraninya pribumi pelalawan, memang dapat menjadi atraksi unggulan tetapi tidaklah cukup untuk mengandalkan daya tarik tersebut untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sebab peristiwa Bono hanya maksimum dua kali setahun yakni pada musim penghujan akhir tahun dan awal tahun .
Pasar utama untuk inbound Tourist adalah membidik pasar Negara tetangga yang sangat familiar yakni beberapa wilayah berdekatan di Malaysia khususnya pasar model wisatawan allocentric atau wonderlust sebagai pasar utama.
Objek wisata bono mudah untuk dijangkau dengan moda transportasi darat sebab wilayah Kabupaten Palalawan beribukota Pangkalan Kerinci terletak strategis di jalan lintas timur Sumatra yang menghubungkan kota kota besar di Propinsi Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Perselancar bono sedang beraksi dengan gagah di sungai Kampar |
Wilayah ini diapit oleh beberapa kabupaten lainnya yakni di sebelah Utara – Kabupaten Siak Kabupaten Bengkalis Sebelah Selatan – Kabupaten Indragiri Hilir,Kabupaten Indragiri Hulu Kabupaten Kuantan Singingi Sebelah Barat – Kabupaten Kampar dan berdekatan dengan taman nasional Tesso Nilo.
Meki competitor lokal banyak namun miliki perspektif peluang Potensi kabupaten Palalawan luarbiasa ,memiliki daya saing dengan jenis industri pangan sandang kerajinan yang dapat dikembangkan sebagai handicraft oleh oleh untuk wisatawan dan dipajangkan dilokasi venue.
Ada beragam pilihan akomodasi penginapan di Pangkalan Kerinci mulai dari wisma hingga hotel kelas melati.
Di desa Teluk Meranti juga terdapat wisma untuk menginap dan jika tamu tidak tertampung di wisma tersebut, biasanya pengelola menunjukkan beberapa rumah penduduk untuk tempat menginap yang juga dapat menyediakan makanan dan minuman .Program Homestay disarankan untuk disediakan sebagai akomodasi.
Warung atau kedai atau toko kelontong yang menyediakan perlengkapan mandi maupun makanan ringan serta rumah makan juga terdapat di Desa Teluk Meranti.
Bercengkerama dengan penduduk lokal pun bisa menjadi sebuah kegiatan menarik yang bisa dilakukan. Melihat dan menyaksikan aktivitas para nelayan, khususnya pada pagi hari menjadi sebuah pengalaman yang sangat humanis dan menjdi kenangan.
Masyarakat dan penduduk lokal memang terkenal sangat ramah. Menikmati aneka pertunjukan seni seperti permainan pencak silat dan permainan alat musik seperti gendang dan kompang akan menjadi sarana untuk melepas kepenatan.
Kesantunan dari budaya Melayu yang penuh pernik termasuk menghargai lingkungan adalah pas untuk melengkapi hospitalitas destinasi Inilah tradisi yang disebut living law dalam teori pariwisata berekelanjutan.
Topik webinar KMDT yang dihadiri mayoritas para peserta mahasiswa Universitas Riau,mencoba mengkaji prospek kawasan DanaToba serta Kepariwisataan di Kabupaten Palalawan dilihat dari perspektif yang sama tidaklah ideal.
Menurut penulis meski disebut dalam aspek lain sebagai teori domino kepariwisataan Propinsi Riau miliki impak terhadap penataan kawasan Danau Toba atau sebaliknya,bersimbiosis mutualitis.
Penulis tidak melihat secara jelas dan konvergen ide cemerlang dari para pakar KMDT yang hanya mengkaji secara datar kasus Danau Toba dikaitkan analog dengan potensi Kabupaten Palalawan secara kontekstual dan strategis.
Model program apa yang seharusnya timbul dalam kebijakan percepatan pengembangan kedua kawasan objek yang dipresentasekan, terutama untuk mampu membimbing para peserta akademisi
Sebaiknya KMDT selektif memilih pakar kepariwisataan ,bahwa kepariwisataan sudah menjadi ilmu mandiri.Semoga