Oleh :
Daddy
Rohanady
Anggota
DPRD Provinsi Jabar
Anggota dewan adalah penyambung lidah rakyat, demikian
ungkapan yang sering dilontarkan. Artinya, setiap anggota dewan, baik tingkat
kabupaten/kota, provinsi, maupun nasional (DPR RI), sejatinya merupakan
orang-orang yang diharapkan menyuarakan kepentingan masyarakat.
Setiap anggota dewan pada saat dilantik pasti
mengucapkan sumpah jabatan. Salah satu klausul dalam sumpah tersebut menyatakan
dia akan memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakili. Selain itu, ada hal
yang sejatinya jauh lebih esensial. Sumpah yang diucapkan bukan hanya
disaksikan hadirin, tetapi juga disaksikan Allah SWT. Apa yang terbersit dalam
pikiran anggota dewan tersebut pasti diketahui seutuhnya oleh Mahapencipta alam
semesta.
Anggota dewan diberi kedudukan terhormat di
masyarakat, sehingga panggilan atau sebutannya pun Yang Terhormat. Ia digaji
dari uang rakyat.
Bagaimana mereka melakukan tugasnya dan di mana
menempatkan diri?
Kapasitas dan kapabilitas seseorang amat menentukan
seseorang dalam bertugas. Kian kecil kedua hal itu dimiliki, bisa dipastikan
penyelesaian tugasnya tidak akan maksimal.
Salah satu kiat meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas adalah dengan membaca. Dengan demikian, ia akan mengetahui masalah
yang dihadapi. "Jam terbang" memang tidak bisa dipungkiri.
Masalahnya, dengan sistem pemilihan terbuka berdasarkan
suara terbanyak banyak hal bisa terjadi. Latar belakang mereka pun beraneka
ragam.
Terkadang mereka ditempatkan pada komisi yang
bidangnya tidak sesuai dengan latar belakang kegiatan ataupun keilmuannya. Di
situlah timbul masalah yang hatus dihadapi.
Butuh kecepatan menyesuaikan diri dengan keadaan.
Artinya, masing-masing anggota dewan mesti cepat beradaptasi dengan tuntutan
bidang mitranya. Memang banyak yang harus dipelajari. Artinya banyak yang harus
dibaca. Kalau dewan malas membaca, kita pasti tahu hasil akhirnya. Dia pasti
bicara tanpa data.
Ini bisa menyesatkan. Karena pengambilan keputusan
dengan didasari data yang salah, bisa dipastikan keputusannya juga salah.
Kalau malas membaca, apalagi belajar dengan
mendengarkan saja tidak mau, celaka. Semua keputusan yang harus didasari kajian
maksimal tak akan terjadi. Keputusan yang ada akan lebih banyak didasari
kepentingan, bukan kebutuhan masyarakat.
Mudah-mudahan segala ikhtiar yang dilakukan
senantiasa didasari niat yang tulus demi kemaslahatan masyarakat.(Bagian 1)