![]() | |
| Y.M. Bhiksu Kusalasasana Mahasthavira (Sukong Xue Liang), saat memimpin doa |
Ketua Yayasan Wihara Dharma Bakti, Shirley Wijaya, menjelaskan bahwa dalam pemasangan balok utama ini, diadakan juga upacara yang dipimpin oleh Y.M. Bhiksu Kusalasasana Mahasthavira (Sukong Xue Liang), yang merupakan Ketua Sangha Mahayana Indonesia.
“Karena kita memasang balok utama dan memasang paku emas juga, makanya kita harus mengadakan upacara terlebih dahulu,” kata Shirley.
Lebih lanjut, menurut Shirley, setelah pemasangan balok utama ini, pekerjaan penyelesaian akan masih memakan waktu selama kurang lebih satu tahun, agar Wihara dapat dipergunakan sebagai tempat ibadah yang nyaman.
![]() | |
| Balok Utama yang telah terpasang |
Tampak hadir pula, Jajaran Direksi PT. PULAUINTAN diantaranya Ben Susanto, Glenn Susanto, Pui Budi Setiawan yang mewakili sang ayah Pui Sudarto. Dari Yayasan Santoso yang mengelola Wihara Dharma Sakti/Han Ta Kong, yaitu Suhardjo Witarsa, Sutedja Budiman, Setiadi Budiman, Supomo Wiguno.
Ada juga tokoh lain, diantaranya Fuidy Lukman, Lay Irianto, Robin, yang merupakan tokoh dari Perkumpulan PERMASIS /PTK Indonesia. Suhu Tao Kusumo Dan Ketua Umum Yayasan Etika Moral Indonesia (YEMI) Alex Tumondo.
Kemudian ada penulis sejarah wihara di Indonesia, Akian, Ketua Pembangunan Vihara Dharma Bakti Shu Yin Pramono dan Koordinator Pemuda/Siswa Mahayana Toase Bio, Rojali.
Seperti diketahui Wihara Dharma Bakti yang telah berusia 450 tahun terbakar habis pada tahun 2015. Wihara dibangun Kembali sejak tahun 2021. Namun karena Indonesia tengah dilanda pandemi covid, pembangunan agak tersendat, dan baru ketika situasi normal, pembangunan dilanjutkan kembali.
Untuk lay out Gedung, Shirley Wijaya mengungkapkan, diupayakan tetap sama dengan bangunan lama. Demikian pula arsitekturnya, berusaha disamakan, kendati ada perbaikan sedikit. Pada bangunan baru ini juga terdapat ruang bawa tanah, yang akan digunakan untuk pertemuan atau acara pendukung lainnya.
“Sejauh ini semua berjalan lancar. Tapi karena kita terletak di jalan yang kecil, jadi untuk memasukan bahan-bahan bangunan, terutama tiang-tiang yang besar, agak sulit sendikit. Tapi itu bukan masalah, karena kita selalu mencari solusi untuk mengatasinya,” kata Shirley.
Ketua Panitia Pembangunan Kembali Wihara Dharma Bakti, Shu Yin Pramono menjelaskan, untuk pembangunan Wihara Dharma Bakti merupakan tantangan tersendiri untuk para arsitek, karena panitia harus mengikuti berbagai aturan dari pemerintah, tentang pembangunan cagar budaya.
“Kami menggaris bawahi ke Tionghoan Indonesia” dalam pelestarian cagar budaya ini, sehingga komponen 70% dari Indonesia sangat tampak dan ada perbedaan dengan Tiongkok,” pungkas Shu Yin.(RBS)


