Notification

×

Iklan

Iklan

Bisikan Sunyi dari Danau Toba

Kamis, 24 Juli 2025 | 11:27 WIB Last Updated 2025-07-24T04:27:05Z

Oleh: Dr. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl.Ec., M.Si

Danau Toba, sang mutiara dari Sumatera Utara, bukan hanya menyuguhkan panorama yang menakjubkan. Ia juga menyimpan nilai budaya, spiritualitas, dan sejarah yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Batak. 

Di balik keindahannya yang menenangkan, danau kaldera terbesar di dunia ini tengah menghadapi tantangan ekologis yang kian kompleks: kebakaran hutan, banjir, illegal logging, pencemaran air, serta tekanan dari aktivitas pariwisata dan perikanan keramba jaring apung (KJA).

Ironisnya, kerusakan yang semakin nyata belum diimbangi oleh kekuatan suara dari para tokoh masyarakat yang selama ini diharapkan menjadi pelindung bumi. Suara tokoh agama, adat, pendidikan, perempuan, pemuda, bahkan politik, masih terdengar sayup. Bila pun muncul, sering kali tertuju pada satu pihak: PT Toba Pulp Lestari (TPL). Apakah cukup jika perhatian hanya diarahkan ke sana?

Lebih dari Sekadar TPL: Masalah yang Lebih Kompleks

Kritik terhadap TPL tentu memiliki dasar yang kuat, mengingat sejarah konflik lahan dan dampak lingkungan yang telah terjadi. Namun, membatasi narasi lingkungan hanya pada satu aktor justru menutupi kompleksitas masalah.

Laporan dari berbagai lembaga menyebutkan bahwa kerusakan di kawasan Danau Toba juga disebabkan oleh aktivitas keramba ilegal, pembukaan lahan yang tidak terkendali, pembalakan liar, dan limbah pariwisata. Tanpa pendekatan yang menyeluruh, upaya perlindungan Danau Toba akan selalu timpang.

Saatnya Meningkatkan Kapasitas Kolektif
Banyak tokoh adat, agama, dan pendidik belum mendapat pembekalan yang cukup mengenai daya dukung lingkungan, dinamika ekosistem, atau krisis air bersih yang mulai menghantui kawasan ini. Diperlukan peningkatan kapasitas lintas sektor agar para tokoh dapat mengambil peran yang lebih strategis dalam merespons isu-isu lingkungan secara tepat dan berkelanjutan.

Dinamika Politik dan Kepentingan Ekonomi

Keterbatasan suara dari para tokoh juga tak lepas dari dinamika politik dan hubungan ekonomi yang berlangsung di kawasan ini. Dalam beberapa kasus, keterkaitan dengan pelaku usaha atau kepentingan politik menjadikan isu lingkungan sebagai topik yang sensitif. Akibatnya, langkah proaktif sering kali diredam oleh pertimbangan elektoral atau kepentingan jangka pendek.

Karena itu, penting untuk menciptakan ruang dialog yang lebih terbuka, jujur, dan setara agar suara lingkungan tidak selalu dikorbankan atas nama pragmatisme.

Perempuan dan Pemuda: Potensi yang Masih Tersembunyi

Di berbagai belahan dunia, perempuan dan pemuda terbukti menjadi kekuatan penting dalam transformasi sosial dan gerakan lingkungan. Namun di kawasan Danau Toba, struktur sosial yang masih patriarkis kerap membatasi peran mereka. Padahal, di tengah krisis, semangat dan kreativitas mereka sangat dibutuhkan untuk menghadirkan pendekatan baru yang lebih adaptif dan progresif.

Dari Fragmentasi Menuju Sinergi

Salah satu tantangan mendasar dalam gerakan lingkungan di sekitar Danau Toba adalah ketiadaan sinergi. Gerakan yang ada masih bersifat sektoral dan terpecah: antara komunitas adat, gereja, akademisi, organisasi perempuan, dan kelompok pemuda. Padahal, kekuatan sejati justru lahir dari kolaborasi dan visi bersama.

Gerakan ekologis yang menyatu dan inklusif akan jauh lebih kuat dalam menjawab tantangan-tantangan besar yang kita hadapi saat ini.

Kita Semua Dipanggil

Di tengah kondisi danau yang kian terancam, cuaca yang makin ekstrem, dan bencana ekologis yang mulai terasa, diam bukanlah pilihan. Ini adalah panggilan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk tidak hanya bersuara, tetapi juga bertindak. Kita membutuhkan suara yang jernih, berani, dan jujur dari para tokoh, tetapi juga dari rakyat biasa yang tetap setia menjaga tanah leluhurnya.

Danau Toba bukan hanya untuk dikagumi, tetapi untuk dijaga, dicintai, dan diwariskan. Jika para tokoh belum sepenuhnya bersuara, semoga suara rakyat dapat terus menjadi nyala harapan yang menyelamatkan alam ini dari kesunyian yang menyakitkan. Danau Toba menanti kita semua.

(Penulis, adalah Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia / Penggiat Lingkungan)

×
Berita Terbaru Update