Notification

×

Iklan

Iklan

Kemenperin dan YBI Selenggarakan Gerakan dan Hari Batik Nasional Indonesia 2025

Kamis, 26 Juni 2025 | 11:06 WIB Last Updated 2025-06-26T04:06:42Z
Ketua Umum Yayasan Batik Indonesia (YBI) Gita Pratama,   Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita,  Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita dan   Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto saat prosesi kick off

Jakarta.Internationalmedia.id.-Kemenperin dan Yayasan Batik Indonesia(YBI) akan menyelenggarakan peringatan Gerakan Batik Nasional (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) pada 30 Juli - 3 Agustus 2025 di Pasaraya Blok M, Jakarta, dengan mengusung tema “Bangga Berbatik”. 

Upaya ini sebagai langkah strategis dalam memacu pengembangan industri batik di dalam negeri agar semakin digemari oleh konsumen domestik maupun menembus pasar ekspor.

Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang berkontribusi besar pada perekonomian nasional. Warisan budaya tak benda yang telah diakui UNESCO sejak tahun 2009 ini, menunjukkan potensi pasar global yang harus dimaksimalkan seiring dengan berkembangnya inovasi desain dan teknologi yang digunakan oleh para perajin dan pengusaha batik di tanah air.

“Batik tidak lagi dipandang sebagai pakaian seremonial semata, tetapi telah menjadi bagian dari identitas generasi muda Indonesia. Kondisi ini jadi peluang strategis bagi industri batik untuk memperkuat pasar domestik melalui inovasi desain, peningkatan kualitas produk, serta strategi pemasaran yang relevan dengan perkembangan zaman dan menuju Indonesia emas 2045,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita pada Kick-Off Hari Batik Nasional 2025 di Jakarta, Rabu (25/6).

Menperin mengungkapkan, kinerja ekspor batik pada triwulan I tahun 2025 mencatatkan nilai sebesar USD7,63 juta atau naik 76,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2024 sebesar USD4,33 juta.

Berdasarkan Direktori Sentra BPS tahun 2020, pelaku industri batik di Indonesia berjumlah sekitar 5.946 industri dan 200 sentra IKM yang tersebar di 11 provinsi.

Dalam peringatan Gerakan Batik Nasional (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) ini,  Kemenperin dan YBI menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai ikon GBN dan HBN 2025.  Batik Tulis Merawit Cirebon merupakan salah satu batik Nusantara khas Cirebon yang memiliki ciri khas pola halus dengan ornamen yang detail, berupa garis-garis tipis dengan latar warna terang yang mencerminkan kekayaan seni dan budaya dari Cirebon.

Teknik merawit adalah teknik menggoreskan canting tembokan dengan malam panas yang menghasilkan warna goresan garis kecil, tipis tanpa putus dengan latar kain berwarna muda/terang, sementara garis (outline) berwarna tua/gelap.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita mengungkapkan, pada November 2024 Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum menetapkan Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai Indikasi Geografis Batik keenam di Indonesia, sekaligus yang pertama untuk Kabupaten Cirebon.

“Kami ucapkan selamat pada Kabupaten Cirebon, terutama pada Sentra Batik Trusmi Cirebon, atas peraihan Sertifikat Indikasi Geografis (IG) Batik Tulis Merawit Cirebon. Semoga pencapaian ini dapat lebih banyak memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Cirebon,” ungkap Dirjen IKMA.

Reni melanjutkan, perlindungan IG bagi Batik Tulis Merawit Cirebon sangat penting untuk menjaga karakteristik dan ciri khas, sekaligus mencegah terjadinya pelanggaran penggunaan nama Batik Tulis Merawit Cirebon. Sebab, dengan sertifikat IG ini, logo Indikasi Geografis akan tertera di setiap produk Batik Tulis Merawit Cierbon yang diproduksi oleh IKM di Sentra Batik Trusmi Cirebon. “Kualitasnya tentu harus terus dijaga,” kata Reni.

Sementara itu, ragam kekayaan batik Nusantara selain Batik Tulis Merawit Cirebon juga akan ditampilkan dalam Pameran Gelar Batik Nusantara dan pameran IKM batik di beberapa gerai IKEA.

Sejumlah kegiatan dalam rangka Peringatan HBN 2025 akan dilakukan, di antaranya berupa webinar dan talkshow dengan topik mengenai digitalisasi dan standardisasi batik, potensi pasar Gen-Z, hingga penerapan prinsip berkelanjutan pada industri batik. Selain webinar, akan diadakan pula berbagai program fasilitasi, seperti workshop pelatihan ISO dan pelatihan pembuatan batik cap dipondok pesantren.

Selain fasilitasi pada HBN, Ditjen IKMA memiliki berbagai program pendukung industri batik yang meliputi penerbitan buku, fasilitasi pelindungan IG, penumbuhan wirausaha baru, penerapan industri 4.0, pengembangan Sentra IKM, restrukturiasi mesin/peralatan produksi, dan fasilitasi pameran. Reni berharap perayaan HBN 2025 ini memberikan sejumlah manfaat bagi industri batik, seperti informasi teknologi, wadah kolaborasi, hingga peningkatan efisiensi, kualitas, maupun daya saing industri batik.

“Kami ingin melalui rangkaian kegiatan acara HBN ini, baik para pemangku kepentingan, pelaku industri batik, dan segala pihak yang peduli dengan perkembangan batik dapat bertemu, berdiskusi, dan berkolaborasi, sehingga menghasilkan manfaat berupa pengetahuan maupun mitra dalam menerapkan inovasi dan teknologi pada industri batik,” ucap Reni.(RBS)

×
Berita Terbaru Update