Notification

×

Iklan

Iklan

Masyarakat Melayu Pesisir di Kecamatan Tanjung Beringin Sergai

Sabtu, 27 Agustus 2022 | 14:47 WIB Last Updated 2022-08-27T07:47:27Z

Pantai Bedagai.Internationalmedia.id.-Budaya Melayu merupakan salah satu budaya pilar penopang kebudayaan nasional Indonesia bahkan kebudayaan dunia. Suku Melayu menduduki peringkat ketiga terbesar di Indonesia. 

Bahasa Melayu pada struktur dan keterbukaan sistem bahasa yang didalamnya banyak menyerap kosakata dari berbagai bangsa. Melayu dapat dilihat dari pengertian sempit dan luas. 

Secara sempit adalah suatu etnis yang berbahasa dan beradat istiadat Melayu serta agama Islam, yang mendalami hampir seluruh wilayah kawasan pantai sumatera. 

Sedangkan secara luas Melayu merupakan suatu antropologi yang sering dipakai oleh pakar-pakar mencakup di dalamnya bahasa, perilaku, karya material dan peralatan, maupun fisik tubuh yang terlihat oleh panca indera.

Masyarakat Melayu yang ada di Kota Medan disebut dengan Melayu Deli, sedangkan masyarakat di Kota Langkat disebut dengan Melayu Langkat. Begitu pula dengan masyarakat yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai disebut dengan Melayu pesisir, di mana daerah Serdang Bedagai merupakan daerah yang terletak di daerah pantai. 

“Tak kan Melayu Hilang di Bumi, Bumi Bertuah Negeri Beradat”. Itulah serangkaian kata yang diucapkan oleh tokoh Melayu legenda, hang tuah. Intinya sebagai masyarakat Indoneisa hendaknya kita tetap melestarikan, menjaga, mempelajari budaya Melayu. Ciri khas orang Melayu adalah salah satunya bahasanya.

 

Pada umumnya pesisir identik dengan budaya Melayu, budaya Melayu pesisir kebanyakan menggunakan huruf “o” pada bagian akhir kata ketika berbicara. Beragam suku budaya ada ditempat ini namun Tanjung Beringin dikenal dengan masyarakat yang ber mayoritas suku Melayu, di Tanjung Beringin penggunaan bahasa sehari-hari masyarakat menggunakan bahasa Melayu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak terjadi pernikahan antara masyarakat suku Melayu dengan berbagai suku lain yang menghasilkan pencampuran di antara keduanya. 

Terlebih lagi banyak berbagai macam orang dengan suku berbeda pindah serta berdomisili ke tempat ini dikarenakan Tanjung Beringin merupakan tempat yang aman damai serta sejahtera untuk saling berinteraksi antar sesama dan melanjutkan kehidupan.

Sebagai mayoritas, masyarakat Melayu Tanjung Beringin hidup berdampingan dengan budaya budaya lain seperti suku Jawa namun banyaknya suku menyebabkan sesorang individu harus melakukan penyesuaian kepada individu lain. 

Keberagaman budaya yang sangat banyak menyebabkan terjadinya pencampuran sesuai di mana kita bertempat tinggal. Pencampuran disini berarti penyesuaian baik dalam segi apa pun seperti logat, nada, gaya berbicara, perubahan makna, maupun kode bahasa.

Sebagai minoritas, suku Jawa tersebut harus beradaptasi dengan masyarakat Melayu dan kebudayaan Melayu di Tanjung Beringin. Bahasa Jawa sangat berbeda sekali dengan bahasa Melayu tetapi gaya bahasa kedua suku ini banyak memiliki persamaan di mana orang Jawa memiliki gaya bahasa lemah lembut.

Tutur sapa yang halus, cara bicara yang sopan, murah senyum, penuh dengan tata krama, intonasi yang halus, kecepatan dan nada bicara yang pelan, serta gesture tubuh dan mimik yang lembut. 

Begitu juga dengan gaya bicara orang Melayu lemah lembut, ramah tamah, santun, jujur dan yang sangat terlihat jelas yaitu dialek seperti kata-kata yang berakhiran “a” menjadi “o”.

Perbenturan kode bahasa dan perbedaan bahasa ini menjadi fenomena di kalangan suku Jawa dengan suku Melayu yang cukup unik untuk dikaji, di mana di Desa Nagur penggunaan bahasa Melayu menjadi bahasa sehari-hari sebagai bentuk komunikasi untuk saling berinteraksi. 

Suku Jawa dengan melakukan adaptasi sehari-hari dengan suku Melayu, suku Jawa kelihatannya bisa berbahasa Melayu dan menggunakan bahasa Melayu ketika berinteraksi, namun bagaimana suku Jawa menyesuaikan kode Bahasa (speech code) ketika saling berinteraksi. 

Bukan tidak mungkin seiring berjalannya waktu minoritas kehilangan kebudayaannya dikarenakan adaptasi sehari hari tersebut.

Terlebih lagi bisa saja terjadi konflik bahkan perpecahan ketika masing-masing tiap suku tidak dapat menyesuaikan kode bahasa ketika dialek yang digunakan memiliki makna yang berbeda. 

Tidak hanya itu kehilangan suatu kebudayaan akan menjadi hal yang sangat di sayangkan karena sudah menjadi identitas didalam diri manusia. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisis proses perubahan serta penyesuaian kode bahasa, (speech code), dan tingkah laku masyarakat suku Jawa yang berada di lingkungan masyarakat Melayu pesisir Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. (KAMI Sergai/Ida)
×
Berita Terbaru Update