Notification

×

Iklan

Iklan

Menguak Identitas Diaspora Indonesia di Toronto melalui Musik Indonesia

Rabu, 27 Juli 2022 | 11:23 WIB Last Updated 2022-07-27T04:23:20Z

Jakarta.Internatioalmedia.id.-Konsul Jenderal RI di Toronto, Dyah Lestari Asmarani, mengapresiasi atas kegiatan promosi budaya Indonesia yang dilakukan dispora Indonesia dengan cara menggali dan mengkaji aspek-aspek musik Indonesia yang dapat dikembangkan dan menjadi melting pot dengan budaya negara setempat. 

Hal tersebut disampaikan pada Workshop “Echo from the Archipelago" yang diselenggarakan oleh Forum Indonesia bersama York Center for Asian Research (YCAR), berkolaborasi dengan KJRI Toronto (23/07/2022). 

Workshop tersebut dilaksanakan untuk memperingati 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia – Canada dan peringatan 20 Tahun York Center for Asian Research (YCAR).

Konsul Jenderal RI menyampaikan bahwa bila dibandingkan dengan komunitas lainnya di Kanada, seperti Filipina, Pakistan, India dan Sri Lanka, masyarakat Indonesia di Kanada memiliki sejarah dan pengalaman hidup dalam keberagaman (multi-culture) karena Indonesia terdiri dari beragam suku dengan budaya dan bahasa yang berbeda-beda. 

Latar belakang ini yang memudahkan masyarakat Indonesia dalam beradaptasi dengan lingkungan dengan beragam etnis, bangsa dan budaya di Kanada.

Sebagai salah satu pusat penelitian di York University Kanada, York Center for Asian Research (YCAR) berkomitmen untuk memajukan riset berkaitan dengan dinamika sejarah, budaya, politik, ekonomi politik yang berubah dari masyarakat di Asia serta pengalaman komunitas Asia di Kanada dan di seluruh dunia. 

Pada tahun 2022, kegiatan riset YCAR mengusung tema “Re-imagining Asian and Asian Diaspora Studies"

Workshop menampilkan Orkes Garasi (OG), yakni kelompok musisi Indonesia beraliran keroncong yang aktif menampilkan dan mempromosikan seni musik Indonesia dalam berbagai event di Toronto dan kawasan sekitarnya. 

Workshop yang dihadiri oleh sejumlah diaspora Indonesia tersebut menggali dan mengintepretasikan perjalanan musikal Orkes Garasi, termasuk latar belakang pemilihan lagu-lagu yang ditampilkan, dan tantangan yang dihadapi dalam memperkenalkan musik Indonesia di Kanada. 

Sejumlah lagu yang dilantunkan diantaranya, Si Jali – Jali, Keroncong Kemayoran, Jembatan Merah, Tanah Airku, Indonesia Pusaka, Stasiun Balapan dan Kemesraan.

Dalam workshop berkembang diskusi mengenai sejauh mana musik nusantara bisa mempersatukan umat manusia dengan bahasa yang sama dan jenis musik Indonesia yang dapat mewakili Indonesia di panggung dunia.  

Di Kanada, secara umum publik lebih tertarik dengan musik yang dinamis dan kontemporer. Dalam hal ini, inovasi Orkes Garasi dengan memadukan alat musik tradisional dan modern untuk membawakan lagu-lagu Indonesia, yakni menambahkan sentuhan gendang selain alat musik khas keroncong (cak dan cuk) yang merupakan modifikasi dari ukulele dan mandolin. 

Lagu-lagu pilihan yang ditampilkan Orkes Garasi pada umumnya lagu yang dapat membangkitkan ingatan akan tanah air (rayuan pulau kelapa), daerah tempat tinggal (kemayoran), melalui bangunannya (jembatan merah, stasion balapan) dan aktivitas keseharian di Indonesia.

Workshop Echo from the Archipelago diharapkan menjadi langkah awal untuk menggerakkan kegiatan diaspora Indonesia di Toronto, mengembangkan identitas baru dan memperkenalkan nilai-nilai ke-Indonesian kepada masyarakat di Kanada, khususnya Toronto. 

Adapun Forum Indonesia sebagai inisiator workshop, dimotori oleh Teti A. Argo (YCAR associate dan pengajar pada ITB), Nira Kuntoadji (aktivis Diaspora, penulis naskah film, musisi dan anggota Indonesia Diaspora Foundation).

Kemudian, Bagoes Wiryomartono (peneliti independent),  Restiani Andriati, M.Sc., MSIS (pengajar computing and Communication Services pada Toronto Metropolitan University/TMU) dan Herman Rasjid, CPA, CMA (akuntan profesional).(marpa)   

×
Berita Terbaru Update