Notification

×

Iklan

Iklan

Perlukah Skeptis Kawasan Danau Toba Mampu Jadi Super Destinasi Wisata ?

Sabtu, 18 Desember 2021 | 10:56 WIB Last Updated 2021-12-18T03:56:00Z

Oleh : Advokad Happy Marpaung,CHE Dosen Akpar ULCLA Tarutung

Bukan tidak sedikit masyarakat  terutama masyarakat perantauan yang bernada miring, pesimis, menyebutkan bahwasanya pembangunan  Kawasan Danau Toba(KDT) untuk dijadikan super destinasi wisata akan berbuah kegagalan. 

Meski masih berupa asumsi serta generalisasi  yang tergesa gesa semata namun mampu membuat rasa pesimisme namun  bukan tidak bisa  pula menyesatkan opini kelak  bila tercetus kata  sarkastik  menuduh puak orang batak yang berdiam seputaran kawasan danau Toba  tidak memiliki rasa hospitalitas atau keramah tamahan. Dan pembangunan destinasi di kawasan danau Toba  menjadi super destinasi akan  utopis  dan gagal sebab bukankah faktor keramahtamahan sesuatu yang elementer dan menjadi alat ukur  dalam proses produksi  pariwisata di dalam destinasi ?.

Sekian tahun yang lalu Bupati  Tapanuli Utara Nicson Nababan sudah sangat merindukan adanya  Fakultas Pariwisata yang kelak menyokong SDM pariwisata  di Tapanuli Utara serta dengan penuh semangat mengundang banyak pakar dari berbagai Pergurua Tinggi yang ada di Jawa khususnya halak hita untuk mengajak mendirikan Universitas Negeri  di Tarutung . 

Konon Nikson mengandalkan adanya  dana yang berlimpah dari hasil  produksi panas bumi  di Kabupaten Tapanuli Utara. Kala itu saya mewakili golongan akademik Pariwisata menggelarkan seminar posiblitas serta perspektif dari fakultas Pariwisata.

Dalam gelar pendapat, seorang tim  guru besar dari UI yang diangkat menjadi boru halak hita secara spontan menuangkan rasa  kurang puas dengan  kultur Batak yang vulgar terkesan kasar dalam bercakap  dengan orang  terutama orang luar    yang menjadi wisatawan datang berkunjung ketanah Batak memberikan kesan tidak ramah.

Sempat saya tanggapi dengan menyampaikan bahwa meski orang Batak terkesan demikian adalah merupakan  keunikan dan bukan menjadi indikator bahwa orang batak berkarakter  kriminal untuk ditakuti.Namun dia hanya senyum dengan berdalih bahwa dia punya pengalaman pribadi dengan pedagang asongan di Parapat.

Benarkah halak hita tidak memiliki  jiwa keramahtamahan (hospitalitas) yang menjadi  factor elementer dalam produk wisata ?. Baru baru ini cerita ini terngiang pula saat saya didaulat menjadi pembicara di IAKN Tarutung dengan topik hospitalitas untuk dievaluasi. 

Sesungguhnya dalam sektor industry pariwisata, memang heramahtamahan  (Hospitalitas) memiliki arti sebagai  kesopanan, keakraban dan juga rasa saling menghormati. 

Jika dikaitkan dengan industri pariwisata, dapat diibaratkan bahwa keramahtamahan merupakan roh, jiwa, jantung, dan semangat dari pariwisata itu sendiri.Tanpa adanya keramahtamahan dalam pariwisata, menurut S. Pendit,seluruh produk yang ditawarkan dalam pariwisata itu sendiri seperti benda mati Hospitalitas yang tidak memiliki nilai untuk dijual .

Keramahtamahan  atau Hospitalitas berasal dari kata “hospes” yang berarti tamu. Hospitalitas berarti sikap sebagai tuan rumah yang baik. Menurut Henri J.M. Nouwen sering diartikan sebagai keramah-tamahan orang yang suka menjamu, akrab dan dapat menciptakan suasana santai.

Sedangkan dalam bahasa Inggris hospilality didifinisikan sebagai kata friendly yang artinya “ramah” yang murah hati atau dermawan dan memberikan hiburan kepada tamu atau orang baru. 

Kadang-kadang sering digunakan untuk memberikan perlakuan istimewa terhadap tamu yang tinggal dan menggunakan fasilitas. Adapun industry keramahtamahan dapat diartikan sebagai bentuk perusahaan yang terlibat dalam penyediaan jasa untuk tamu (Concierge Oxford Dictionary).

Dalam memajukan pariwisata di Indonesia diperlukan fasilitas-fasilitas penunjang yaitu Keramahtamahan Industri. Keramahtamahan Industri merupakan industri yang berhubungan dengan kegiatan keramah-tamahan dalam melayani tamu, keberadaan keramahtamahan Industri di suatu daerah menjadi daya tarik besar bagi wisatawan baik yang tujuannya adalah untuk mencari hiburan maupun untuk tujuan reaksi.

Sebagai suatu Destinasi wisata (DTW), Indonesia menjadi salah satu alasan kuat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia dikarenakan keramah tamahan yang dimiliki oleh masyarakat indonesia menjadi kunci wisatawan berkunjung ke negeri ini. 

Hal ini merupakan amunisi untuk membangkitkan sektor pariwisata di Indonesia.Ini dikuatkan hasil survei The Smiling Report pada tahun 2009 yang menyebutkan Indonesia merupakan negara yang paling murah senyum, ini menjadikan indonesia makin dikenal di wisatawan asing dengan keramah tamahannya dan kesopanannya.

Salah satu keindahan yang ditawarkan kawasan danau Toba  yakni pemandangan indah dari celah Tampahan Balige

Nah. Searah dengan itu pula maka  kriteria pelayanan dalam industri sebagai serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan dari perusahaan pemberi pelayanan. Maka pelayanan dalam wujud keramah-tamahan menjadi sebuah aspek yang penting dalam memenangkan hati dan loyalitas wisatawan. 

Dengan demikian, pelayanan yang diberikan pun harus sebaik dan sesempurna mungkin, agar wisatawan dapat mengulangi kedatangannya kembali (repeater guest) dalam hal ini di tempat wisata(Objek dan daya tarik wisata/ODTW).bersaing.

Diharapkan tempat wisata tersebut dapat berkembang dan  memiliki peluang  serrta mampu  bersaing dengan tempat wisata lainnya yang tentu menawarkan bentuk pelayanan yang berbeda. 

Atas dasar tersebut, penulis ingin memaparkan bagaimana pelayanan yang  seharusnya diberikan oleh  masyarakat serta perusahaan pelayanan jasa terhadap pengunjung, dalam mempengaruhi   wisatawan  dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kawasan Danau Toba.
  
Sedemikian sulitkah menerapkan  pelayanan prima yang diberikan kepada wisatawan yang datang kesebuah ODTW di kawasan danau Toba ?, yakni  upaya-upaya penerapan hospitalitas yang dilakukan oleh karyawan  dan  bentuk kesadaran   untuk meningkatkan kunjungan adalah  dilakukan melalui salam, penampilan dan sikap. 

Pada hal faktor keramahtamahan menurut Sudarto bahwa masyarakat merupakan unsur utama yang dapat memberikan keuntungan ekonomi secara langsung terhadap masyarakat lokal dan memberikan andil dalam pelestarian lingkungan. 

Sikap keramah tamahan dalam artian merujuk pada aktivitas kegiatan keramah tamahan yaitu penerimaan wisatawan dan pelayananan untuk para wisatawan dengan kebebasan dan kenyamanan.

Konsep keramahtamahan dikawasan Danau Toba
Tujuan faktor keramahtamahan adalah untuk meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk wisata daerah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mendorong peningkatan kualitas dan kuantitas sumberdaya, serta mengoptimalkan pengelolaan potensi sumber daya pariwisata di kawasan tersebut.

Sementara Keramahtamahan Industri merupakan segala sektor industri yangmempunyai hubungan dengan keramah-tamahan, pelayanan dan hiburan untuk para tamu. Sektor disini terdiri dari akomodasi, layanan makan dan minum, perencanaan perjalanan wisata (Tour and T ravel), dan sarana hiburan. 

Jika kita tarik kesimpulan secara umum, Keramahtamahan dapat diartikan sebagai suatu sifat dan sikap beramah-tamah ketika menjamu tamu, dimana tamu yang disambut akan mendapatkan perlakuan yang baik dan membuat kenangan bagi tamu itu sendiri. 

Bagi orang yang berkecimpung dalam dunia perhotelan dan pariwisata tentu tidak asing dengan industri keramahtamahan ini. Tidak heran mereka yang juga memahami tentang seluk beluk dari industri keramahtamahan.Namun dari pembekalan yang disampaikan dalam seminar di IAKN tersebut terumbar pula bahwa  keramahtamahan tersebut adalah multitafsir  mengingat penarafan nya yang bersifat local.
 
Ada 2 (dua) tolak ukur untuk dipahami bahwa tidak perlu pesimis  kebijakan pembanguan pariwisata  tidak akan gagal Dua hal tersebut ,pertama  bertolak pada karakter halak hita yang selalu bertumpu  pada adat kebiasaan dan budaya batak yang sesungguh nya sangat mulia yakni Dalihan Natolu  yang menghargai sesama manusia  hak yang diunggulkan. 

Dalihan Na Tolu adalah filosofis atau wawasan sosial-kulturan yang menyangkut masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Na Tolu menjadi kerangka yang meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok.

Dalihan Natolu merupakan sebuah konsep yang dapat menjaga kerukunan masyarakatnya, dengan berdasar pada nilai gotongroyong / kebersamaan, kekerabatan yang dilandasi dengan kasih saying y.akni terdiri dari golongan  elek marboru,manat mardongan sabutuha dan somba marhula hula.Sangat indah.

Ketiga unsur ini memiliki fungsi dan peran yang saling berhubungan satu sama lain, ini menjadi landasan interaksi masyarakat dalam menentukan kedudukan, hak dan kewajiban masyarakat serta dapat mengendalikan tingkah laku masyarakat dalam kehidupan sosial, budaya, ekonomi sehari-hari. 

Adat berisikan aturan-aturan informal, tata cara dan system komunikasi yang bersifat mengikat dan secara keseluruhan dijadikan prinsip dalam menciptakan kehidupan yang teratur bagi warganya. 

Dalihan na tolu bagi masyarakat Batak (Toba) merupakan struktur yang memegang peranan yang penting dalam menetapkan keputusan-keputusan serta mengatur keselarasan hidup masyarakat Batak. Sistem marga-marga dalam budaya Batak selain sebagai identitas diri juga berfungsi sebagai pengikat tali persaudaraan yang kuat dalam melakukan interaksi antar sesama.

Kedua ialah masyarakat kawasan danau Toba mayoritas beragama Kristen  dan etika Kristen dari gereja manapun ajarannya   diawali  dengan kehidupan kasih terhadap sesama menjadi “hukum” yang harus dinunuti  oleh masyarakat di kawasan destinasi wisata. 

Karena itu  rekomendasi  ialah meski kermahtamahan atau hospitalitas  bisa menjadi arena multi tafsir dilihat dari perspektif  global. Namun bertumpu  dengan dalil bahwa  masyarakat kawasan Danau Toba  yang umumnya  beragama Kristen  miliki menjadi sesuatu  yang universal  menjadikan suri tauladan dalam setiap area Destinasi wisata. serta  adat dalihan natolu yakni adat yang mampu mengajari masyarakat memberikan pelayanan  prima. 

Artinya  dengan modal tersebut  yang kita miliki   maka kita tidak perlu harus  pesimis   asal  sikap peduli  serta konsisten merawatnya  sebagai kebijakan lokal (living law) yang mampu menunjang  pembangunan KDT sebagai super destinasi wisata. Semua  komponen masyarakat kawasan harus rela  tertantang dan serta berubah. Tidak mudah memang !

×
Berita Terbaru Update