Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat memantau pendistribusian bansos provinsi tahap tiga bagi masyarakat terdampak COVID-19 di Kantor Pos Garut, Kabupaten Garut, Selasa (27/10/20)
Garut.Internationalmedia.id.-Pelibatan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pekerja lokal, dan pesantren, dalam pengadaan dan pengemasan bantuan sosial (bansos) Provinsi Jawa Barat (Jabar) tahap III mampu menggerakkan ekonomi daerah sekaligus meningkatkan daya beli masyarakat.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi
Jabar Mohamad Arifin Soedjayana mengatakan, pelibatan banyak pihak dalam
pengadaan bansos Jabar tahap III menghadirkan multiplier effect. Salah satunya
meningkatkan daya beli masyarakat.
Bansos Jabar tahap III berupa bantuan tunai dan
nontunai senilai Rp350 ribu. Rinciannya, bantuan tunai sebesar Rp150 ribu, 5 kg
beras kualitas premium, 1 kg gula pasir, 1 liter minyak goreng, 1 paket sarden,
1 paket kornet, 500 gram garam, 1 paket vitamin C, 5 buah susu kemasan kotak
200 ml, 4 buah masker, dan 1 buah tas.
"Bansos Jabar tahap III dapat membantu
menggerakkan roda ekonomi lokal dan salah satu bentuk upaya pemulihan ekonomi.
Tujuh dari 10 komoditi paket nontunai bansos sebagian besar berasal dan
produksi Jabar sehingga membantu tenaga kerja dan pelaku usaha Jabar,"
kata Arifin.
"Yang tunai bisa dibelanjakan untuk kebutuhan
sehari-hari, dan turut membantu warung dan pedagang di sekitar
masyarakat," imbuhnya.
Arifin mengatakan, dalam pengadaan beras, pihaknya
melibatkan Pesantren Nurul Iman dengan menyerap hasil produksi paling sedikit
100 ton. Selain itu, hasil panen petani beras Jabar ditampung, serta melibatkan
sekitar 20 penggilingan beras di Jabar.
Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jawa Barat
(Jabar) menggandeng peternak sapi perah untuk menyediakan komoditi susu UHT.
Ada sekitar 17.500 peternak sapi perah terlibat dalam penyediaan komoditas susu
dalam bansos provinsi tahap III.
"Untuk komoditi gula, kami menyerap hasil panen
petani tebu di Subang dan Majalengka, paling sedikit sebanyak 200 ton,"
ucapnya.
"Pun demikian dengan pengadaan komoditi garam.
Kami menyerap paling sedikit 400 ton hasil panen petani garam di Cirebon.
Termasuk pengadaan masker dan tas dengan memberdayakan UMKM di Jabar,"
tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Agro Jabar selaku
pengelola komoditi bansos Jabar tahap III, Kurnia Fajar, mengatakan, pengadaan
sarden dan kornet sedikit berbeda karena kedua komoditi tersebut diproduksi di
luar Jabar.
"Pelibatan dalam komoditi kornet dan sarden
hanya sekitar 15 perusahaan. Salah satunya APPSI yang memiliki anggota sekitar
500 ribu. Sedangkan vitamin C karena berbentuk tablet, pengadaannya melalui
farmasi TNI AD yang berada di Jabar," kata Kurnia.
"Meski melibatkan banyak pihak di Jabar, tapi
kami menerapkan standar, yakni tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat mutu. Jadi,
mutunya harus SNI, izin beredar BPOM, dan halal dari MUI," imbuhnya.
Kurnia menjelaskan, dalam proses pengemasan bansos
Jabar tahap III, pihaknya menyerap sekitar 1.400 tenaga kerja harian di sekitar
lokasi gudang milik PT Agro Jabar.
PT Agro Jabar sendiri menggunakan tujuh gudang dalam
mengelola paket bansos Jabar tahap III. Ketujuh gudang itu berada di Bandung,
Cirebon, Karawang, Garut, Tasikmalaya, Bogor, dan Cianjur.
"Program bansos ini harus dapat menggerakkan
ekonomi masyarakat. Dari pada bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar, kami
memilih melibatkan banyak pelaku usaha dan UMKM di Jabar," katanya.(mar)