Notification

×

Iklan

Iklan

Tiga Cagar Biosfir Indonesia kembali diakui UNESCO

Kamis, 29 Oktober 2020 | 07:00 WIB Last Updated 2020-10-30T02:47:41Z


Jakarta.Internationalmedia.id.
-Tiga cagar biosfir Indonesia, masing-masing, Bunaken Tangkoko Minahasa, Karimunjawa Jepara Muria, dan Merapi Merbabu Menoreh ditetapkan sebagai UNESCO Biosphere Reserves oleh sidang International Co-ordinating Council of the Man and the Biosphere Programme (ICC MAB) sesi ke-32 pada tanggal 27-28 Oktober 2020.

 

​Ketiga cagar biosfir Indonesia tersebut berhasil masuk ke dalam daftar UNESCO setelah mendapat penilaian positif dari Advisory Committee dan setujui oleh seluruh anggota ICC-MAB. Sidang menetapkan sejumlah 24 proposal cagar biosfir baru pada pertemuan tersebut, termasuk cagar biosfir Indonesia. Secara keseluruhan telah terdapat 714 UNESCO biosphere reserves yang tersebar di 129 negara.

 

Ketiga cagar biosfir Indonesia yang diakui UNESCO tersebut memiliki keunikannya masing-masing. Cagar Bunaken Tangkoko Minahasa misalnya, merupakan ekosistem vulkanik yang memiliki keankearagaman hayati bawah laut yang sangat kaya. Sedangkan Karimunjawa Jepara Muria adalah ekosistem unik yang merupakan gabungan kepulauan, dataran rendah dan pegunungan. Terakhir, Cagar Merapi Merbabu Menoreh merupakan ekosistem hutan pengunungan yang menjadi rumah bagi flora dan fauna khas Jawa.

 

Mewakili Pemerintah Indonesia, Duta Besar/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Surya Rosa Putra, menyampaikan komitmen Indonesia dalam melanjutkan upaya pelestarian ketiga cagar biosfer tersebut. Bagi Indonesia, penetapan cagar biosfir tidak hanya bertujuan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan hidup, tetapi juga untuk memberi manfaat sosial-ekonomi pada masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut.

 

Menjadi bagian dari World Network of Biosphere Reserve (WNBR) membuka peluang Indonesia untuk menjalin kerja sama ilmiah dan sekaligus kerja sama sosio-ekonomi dengan sesama negara anggota UNESCO yang lain. Wadetap RI mengajak anggota council untuk datang melihat secara langsung keunikan setiap cagar biosfir dalam menopang pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

 

Prof. Dr. Ir. Y. Purwanto DEA, Direktur Eksekutif  Komite MAB Indonesia, yang juga hadir sebagai delegasi Indonesia di dalam sidang virtual tersebut, mengatakan bahwa konsep cagar biosfir itu sendiri telah digagas oleh UNESCO sejak tahun 1971, yaitu mengelola suatu kawasan yang bertujuan untuk melakukan harmonisasi antara kebutuhan konservasi keanekaragaman hayati, sosial dan ekonomi yang berkelanjutan.

 

Dengan penetapan 3 cagar biosfir ini, saat ini, Indonesia telah memiliki total 19 UNESCO Biosphere Reserves yang tergabung dalam World Network of Biosphere Reserve (WNBR).

 

Selain penetapan 3 cagar biosfir, terdapat prestasi lain yang diraih oleh Indonesia pada sidang tersebut. Radisti Ayu Praptiwi, berhasil menjadi salah satu pemenang Young Sientific Award 2020, melalui penelitiannya yang berjudul 'Understanding the impsct of climate change to cultural ecosystem services in tropical marine biosphere reserve Taka Bonerate Kepulauan Selayar'

 

Pertemuan ICC-MAB ke-32 sedianya dilaksanakan di Abuja, Nigera, namun karena pandemi Covid-19, pertemuan tersebut terpaksa dilaksanakan secara virtual. Sidang dipimpin oleh Mr Adepoju Adeshola dari Nigeria diikuti oleh 34 negara anggota ICC-MAB. Saat ini, Indonesia menjabat sebagai negara anggota ICC-MAB UNESCO untuk periode 2019 – 2023. Sebelumnya, Indonesia, diwakili oleh Prof. Enny Sudarmonowati, menjadi ketua ICC-MAB periode 2018 – 2020.(marpa)

KBRI Paris

×
Berita Terbaru Update