Notification

×

Iklan

Iklan

Hubungan Makin Tegang, FBI Sebut China Jadi Ancaman Terbesar Bagi AS

Rabu, 08 Juli 2020 | 17:48 WIB Last Updated 2020-07-08T10:48:47Z
Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersalaman dengan Presiden Tiongkok XI Jinping saat KTT G-20 di Jepang(AFP)

Jakarta.Internationalmedia.id.- Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China belakangan ini semakin memanas. Ketegangan semakin menjadi setelah AS menyalahkan China sebagai penyebab pandemi virus corona atau Covid-19.

China pun dianggap sudah mulai "masuk" ke tatanan hidup AS. Biro Penyelidikan Federal Amerika Serikat (FBI) mengatakan, operasi spionase oleh China merupakan ancaman terbesar bagi AS dalam jangka panjang.

Direktur FBI, Christopher Wray mengatakan, pemerintah China mendalangi operasi untuk mencuri rahasia dagang. Lebih dari itu, China juga disebut FBI telah mengancam tatanan hidup AS dalam konteks yang lebih besar.

FBI membongkar satu kasus kontra-intelijen baru yang melibatkan China setiap sepuluh jam. Menurut Wray, China setidaknya terlibat dalam upaya untuk menjadi satu-satunya negara adikuasa di dunia dengan segala cara yang diperlukan.

Hal itu disampaikan Wray dalam pidatonya di Institut Hudson di Washington, Selasa 7 Juli 2020. Dikutip dari BBC, Rabu, 8 Juli 2020, Wray dalam pidato selama hampir satu jam itu menguraikan gambaran yang jelas tentang campur tangan China.

Ia menjelaskan soal kampanye spionase ekonomi yang luas, pencurian data dan moneter serta kegiatan politik ilegal. Bahkan ia menuding China telah menggunakan suap dan pemerasan untuk mempengaruhi kebijakan AS.

"Kami sekarang sudah mencapai titik di mana FBI kini membuka kasus kontra-intelijen baru terkait China setiap 10 jam," kata Wray.


"Dari hampir 5.000 kasus kontra-intelijen aktif saat ini yang sedang berlangsung di seluruh negeri, hampir setengahnya terkait China," sambungnya.

Lebih lanjut Wray juga mengungkapkan, Presiden China Xi Jinping telah mempelopori program yang disebut "perburuan rubah". Program ini menargetkan warga negara China yang tinggal di luar negeri, yang dipandang sebagai ancaman bagi pemerintah China.

"Pemerintah China ingin memaksa mereka kembali ke China, dan taktik China untuk melakukan itu mengejutkan," kata dia.

"Ketika tidak bisa menemukan satu target perburuan rubah, pemerintah China mengirim utusan untuk mengunjungi keluarga target di sini, di Amerika Serikat. Pesan yang mereka sampaikan? Target itu memiliki dua pilihan: kembali ke China segera, atau bunuh diri," ungkapnya.

Apa yang disampaikan Wray jelas menandakan bahwa Washington sekarang melihat Beijing tidak hanya sebagai musuh yang agresif. Lebih dari itu juga pesaing ambisius dalam kepemimpinan global.

Sebelumnya, sejak wabah Covid-19 terjadi di AS, pemerintahan Trump memang telah melampiaskan kemarahan terhadap China. Terlebih atas respon mereka terhadap virus corona dan spionase ekonomi terhadap undan-undang keamanan nasional baru Hong Kong.(*)



×
Berita Terbaru Update