![]() | |
Kongres ke-XXII di Gedung Merdeka, Jl Asia-Afrika No,65 Kota Bandung, Jawa Barat,Selasa(15/5). |
Acara yang mengusung tema “Bersatu, Lawan Penjajahan Gaya Baru” itu dihadiri oleh berbagai tokoh nasional, perwakilan organisasi mahasiswa se-Indonesia, akademisi, dan elemen masyarakat sipil.
Termasuk Mas Soko Sudarso, guru kader GMNI, serta Mas Totok Suryawan, yang dikenal sebagai putra bungsu Bung Karno dari Ibu Kartini Manopo. Hadir pula Mas Cokro, mantan Sekretaris Jenderal Presidium GMNI.
Ketua Umum DPP GMNI, Imanuel Cahyadi, dalam sambutannya menegaskan bahwa kongres ini merupakan forum yang sah dan legal, sesuai dengan putusan Mahkamah Agung yang telah memperjelas arah organisasi.
Ia juga menyinggung aksi sekelompok kader di luar lokasi kongres. Ia menyebut bahwa mereka adalah bagian dari keluarga besar GMNI yang menyampaikan aspirasi mereka dengan damai.
Yang hari ini melakukan aksi di depan sana adalah saudara kita. Mereka menyampaikan apresiasi mereka. Ini adalah bentuk dinamika yang biasa terjadi dalam organisasi besar seperti GMNI,” katanya.
Imanuel juga mengungkapkan bahwa meskipun sempat ada sejumlah upaya untuk menghalangi kehadiran peserta, hampir seluruh cabang GMNI dari berbagai daerah tetap hadir dalam kongres tersebut.
“Banyak teman-teman yang dilarang untuk hadir, dihalang-halangi. Tapi dari semua cabang yang ada, hanya satu cabang yang belum hadir. Itu artinya, 99% cabang se-Indonesia berpartisipasi dalam kongres ini,” jelasnya.
Gedung Merdeka dipilih sebagai lokasi kongres karena nilai historisnya sebagai tempat digelarnya Konferensi Asia Afrika tahun 1955, simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan bentuk konkret solidaritas negara-negara dunia ketiga.
Kongres ini menjadi momentum strategis bagi GMNI untuk merumuskan sikap politik organisasi dalam menghadapi tantangan global dan menguatkan kembali semangat perjuangan marhaenisme yang diwariskan oleh Bung Karno.
“Ini mungkin momen spesial, karena sudah lima tahun GMNI tidak melaksanakan kongres. Biasanya dua tahun sekali. Tapi hari ini, di Gedung Merdeka—tempat kemerdekaan dan keberanian dulu didengungkan lewat Konferensi Asia Afrika—kita kembali bersatu untuk melawan bentuk penjajahan gaya baru,” ujar Ketua Umum GMNI Imanuel Cahyadi.
Ia juga mengapresiasi kehadiran tamu undangan dari sejumlah kementerian, seperti Kemenpora, Kominfo, dan Kementerian Koperasi, serta tokoh-tokoh alumni GMNI, termasuk mantan Sekjen Presidium GMNI, Mas Cokro.
“Kita ucapkan terima kasih kepada semua yang hadir. Ini menjadi bukti bahwa perjuangan mahasiswa tetap relevan dan penting dalam menyelamatkan masa depan bangsa,” tambahnya.
Kongres Nasional GMNI merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi dalam struktur organisasi. Selain memilih kepemimpinan nasional yang baru, forum ini juga menjadi ajang konsolidasi ideologis dan penentuan arah perjuangan strategis.
Tema besar tahun ini, mencerminkan kekhawatiran terhadap dominasi kekuatan asing dalam bidang ekonomi, budaya, dan digitalisasi. GMNI memandang pentingnya keberdaulatan bangsa di tengah ketimpangan global dan tekanan neoliberalisme yang kian kompleks.
Kongres GMNI Ke-XXII dijadwalkan berlangsung selama beberapa hari ke depan dengan berbagai agenda, termasuk sidang pleno, diskusi panel, dan pemilihan ketua umum. Harapannya, kongres ini tidak hanya melahirkan pemimpin muda progresif, tetapi juga memperkuat gerakan mahasiswa nasional dalam menjawab tantangan zaman.
![]() |
GMNI Cabang Bandung menggelar demo disaat Kongres GMNI berlangsung,Menolak segala bentuk Kongres Nasional GMNI |
Sementara itu, GMNI Cabang Bandung yang melakukan demo disaat Kongres GMNI berlangsung, menyatakan sikap tegas.
Ketua Bakercab GMNI Bandung, Halim Mulia dalam keterangan tertulis yang dikirim ke Internationalmedia.id. menyatakan :
1. Menolak segala bentuk Kongres Nasional GMNI yang tidak sah atau Ilegal karena diselenggarakan oleh kepemimpinan yang sudah melewati masa baktinya tanpa legitimasi struktural dan konstitusional.
2. Menyatakan bahwa kedua DPP yang eksis saat ini telah gagal menjaga independensi dan marwah organisasi, serta tidak lagi memiliki otoritas moral untuk menentukan masa depan GMNI.
3. Menyerukan kepada seluruh cabang GMNI se-Indonesia untuk tidak mengakui hasil dari kongres ilegal, dan tidak memberikan ruang terhadap manuver-manuver kekuasaan yang merusak tatanan organisasi.
4. Menuntut dibentuknya otoritas sementara independen yang bersumber dari cabangcabang, untuk memfasilitasi proses transisi dan menyelenggarakan regenerasikepemimpinan nasional yang sah, demokratis, dan konstitusional.
5. Mendorong diselenggarakannya Rembuk Nasional yang melibatkan seluruh cabang GMNI dari Sabang sampai Merauke, sebagai bentuk konsolidasi akar rumput demi membangun kembali arah perjuangan GMNI secara menyeluruh.
Bersatulah Kader GMNI!
Krisis yang terjadi di tubuh GMNI bukan musibah, tetapi panggilan sejarah. Kita dipanggil untuk menyelamatkan GMNI dari kehancuran ideologis dan kehancuran konstitusional.
Kita dipanggil untuk menolak segala bentuk kongres ilegal dan menegakkan kembali semangat perjuangan Marhaenis yang sejati.Untuk itu, kami menyerukan: Kepada Seluruh Cabang GMNI Di Indonesia —BERSATULAH !
Tolak Kongres Ilegal, Lawan Kooptasi Kekuasaan!
Rebut Kembali GMNI Untuk Rakyat! (Ter)