![]() | |
Photo dok. Pusat Studi Geopark Indonesia 22 Juli 2025 |
Pemerintah Kabupaten Samosir segera merespons dengan bekerja sama bersama akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) untuk mengkaji penyebab fenomena ini.
Bupati Samosir, Vandiko T. Gultom, mengatakan bahwa pengambilan sampel air telah dilakukan di beberapa titik, termasuk Water Front Pangururan dan perairan Sibeabea.
Diharapkan hasil laboratorium segera keluar agar penanganan dapat dilakukan tepat sasaran. Peneliti Limnologi USU, Prof. Ternala Alexander Barus, menduga kekeruhan disebabkan oleh perputaran air akibat angin kencang yang membawa endapan beracun dari dasar danau ke permukaan.
Endapan tersebut mengandung zat amoniak, H2S, dan belerang yang menurunkan kadar oksigen terlarut di air hingga di bawah 2 mg/liter, jauh di bawah standar aman 4 mg/liter.
![]() | |||
Photo dokumen Eka Situmorang kejadian tahun 2021 |
Ia menegaskan pentingnya transparansi pemerintah dalam mengungkap fakta secara ilmiah dan mengingatkan dampak serius jika kondisi ini dibiarkan, termasuk kerusakan lingkungan, pariwisata, dan kesehatan masyarakat.
Warga Desa Harian, Eka Situmorang, juga menyatakan bahwa fenomena serupa pernah terjadi pada tahun 2021 dan merupakan hasil akumulasi faktor alam dan aktivitas manusia.(wil)