Jakarta.Internationalmedia,id.-Dalam pertemuan Sesi ke-9 Komisi Bersama Ekonomi dan Perdagangan Indonesia-Swiss (24/02/2022), kedua negara bahas berbagai hal mulai dari solusi permasalahan rantai pasok global hingga kelapa sawit.
“Perusahaan pelayaran Swiss siap bantu atasi permasalahan rantai pasok global dan logistik di Indonesia, melalui pembukaan jalur pelayaran langsung dari Indonesia ke negara tujuan ekspor," ujar Kepala Hubungan Ekonomi Bilateral Asia dan Oseania Kementerian Ekonomi Swiss Fabienne Wassermann.
Terkait kelapa sawit, Dirjen Amerika dan Eropa, Kemlu RI Dubes Ngurah Swajaya, yang memimpin Delegasi RI, berharap Pemerintah Swiss dalam waktu dekat dapat menerima sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO) sebagai salah satu dari empat sertifikasi yang telah diakui dalam Ordonansi kelapa sawit di Swiss.
Guna mewujudkan hal tersebut, Swiss berkomitmen membantu peningkatan kapasitas petani skala kecil Indonesia, melalui skema kerja sama pembangunan 2021-2024.
Dirjen Amerop selanjutnya menyambut baik rencana kunjungan Menteri Ekonomi, Pendidikan dan Riset Swiss Guy Parmelin beserta delegasi bisnis ke Indonesia bulan Maret 2022, seraya menyampaikan kerja sama konkret yang diharapkan dapat tercapai selama kunjungan.
Kedua delegasi juga membahas program-program kerja sama menyusul pemberlakuan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif Indonesia dengan negara-negara EFTA (Swiss, Norwegia, Islandia, Liechtenstein) sejak 1 November 2021.
Mengingat Swiss merupakan salah satu negara terkemuka untuk sektor kesehatan, Dubes Indonesia untuk Swiss di Bern, Muliaman Hadad turut mengundang pelaku industri farmasi dan alat kesehatan Swiss untuk mengembangkan portofolionya di Indonesia.
Selain dihadiri delegasi dari kalangan pemerintahan, JETC ke-9 juga dihadiri Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia Shinta Kamdani, dan beberapa pengusaha yang tergabung dalam KADIN.
Pada sesi dialog antar pelaku usaha, Indonesia tawarkan peluang peningkatan ekspor produk kakao untuk memenuhi kebutuhan industri cokelat Swiss yang mendunia.
Sementara itu, konsorsium perusahaan-perusahaan Swiss tunjukkan minatnya pada sejumlah proyek infrastruktur di Indonesia, termasuk untuk mengembangkan Ibu Kota Negara baru.
Pertemuan JETC merupakan mekanisme konsultasi bilateral rutin di bidang ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Swiss yang telah berlangsung sejak tahun 2010.
Performa ekonomi Indonesia dan Swiss terus menunjukkan peningkatan, meski di tengah pandemi. Investasi Swiss di Indonesia pada tahun 2021 meningkat empat kali lipat di angka US$576,3 juta, dari sebelumnya US$130,9 juta di tahun 2020. Angka ini bahkan telah melampaui nilai investasi di masa sebelum pandemi.
Dalam 3 tahun terakhir (2019-2021), Indonesia terus mencatatkan surplus pada neraca perdagangan dengan Swiss.(marpa)