Notification

×

Iklan

Iklan

Diekspor ke Luar Negeri, Komisi II DPRD Jabar Siap Bantu Petani Porang Jabar

Kamis, 08 April 2021 | 21:29 WIB Last Updated 2021-04-08T14:29:24Z

Ketua Komisi II bersama Pengurus Porang

Bandung.Internationalmedia.id.-Perwakilan Petani Porang, tanaman umbi-umbian Jawa Barat yang tergabung dalam Aspeporin (Asosiasi Pemberdayaan Porang Indonesia)  berkunjung ke Komisi II DPRD Jabar.

 

Kedatangan pengurus ini dipimpin Ketua Bidang Pasca Panen Cip Porang Indonesia DPP Aspeporin, Alisadikin didampingi Ketua DPW Aspeporin Jabar Ajad Sudrajad bersama anggota.

 

Mereka diterim oleh Ketua Komisi II DPRD Jabar,Rahmat Hidayat Djati, S.IP, Sekretaris Komisi II, E Yunandar dan “Presiden Ayam” Heri Gunawan(Anggota Komisi II), di ruang rapat Komisi II Jabar, Rabu (7/4-2021).

 

Ketua Komisi II DPRD Jabar Rahmat Hidayat Djati menyatakan, kedatangan pengurus Aspeporin ke DPRD Jabar untuk berkoordinasi dan konsultasi sekaligus memohon dukungan dan bantuan bagi para petani pemberdayaan tanaman Porang.

 

Selama ini, para petani porang Jabar, belum pernah mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah Provinsi Jabar,  para petani selama ini dalam membudidayakan porang masih bersifat swadaya .

 

Untuk itu, mereka datang ke Dewan minta bantuan DPRD Jabar melalui Komisi II agar dapat perhatian dan bantuan dari pemerintah Provinsi Jabar, kata Rahmat Djati.

 

Dikatakan, tanaman porang merupakan salah satu jenis tanaman umbi-umbian, yang memiliki nilai ekonomi tinggi, harganya bisa 10 kali lebih tinggi dari gabah padi.  Bahkan perkilogram harganya mencapai Rp. 140ribu/kg sedangkan gabah padi sekitar Rp.4.600/kg.

 

Rahmat menambahkan,  dampak pendemi covid-19 , sektor perekonomian  mengalami dampak yang luar biasa,  hanya sektor pertanian yang masih mampu bertahan.

 

Untuk itu, Komisi II DPRD Jabar mendorong pemerintah Provinsi melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura (KPH)untuk mendukung sektor pertanian, termasuk juga para petani Porang.

 

Tanaman Porang ini, cukup kuat terhadap serangan dari berbagai jenis hama, untuk itu, hasil pertemuian dengan Aspeporin ini akan kita tindaklanjuti dengan Dinas  KPH Jabar, agar para petani Porang yang tergabung dalam Aspeporin Jabar dapat diperhatikan dan diberikan dukungan, baik berupa program pelatihan maupun bantuan dana, ujarnya.

 

Ketua DPW Aspeporin Jabar, Ajad Sudrajat mengatakan, bahwa di Jabar  sudah ada beberapa daerah dijadikan tempat budidaya tanaman porang, di antara di Kabupaten Garut, Tasikmalaya,  Purwakrta, Kab Bandung Barat, Kuningan dan Majalengka.

 

Walaupun sudah dapat dibudidayakan di bebergai daerah di Jabar, namun dalam memenuhi kebutuhan bibit, kita masih kesulitan, bahkan kita terpaksa beli dari Provinsi Jateng dan Jatim.

 

Ajad juga mengatakan,  bahwa Porang merupakan tanaman umbi-umbian dan termasuk dalam spesies Amorphophallus Muelleri Blume. Umbi porang mengandung zat glucomananatau zat dalam bentuk gula kompleks dan serat larut yang berasal dari ekstrak akar tanaman.

 

Porang dapat digunakan menjadi makanan alternatif selain nasi, bahkan porang menjadi komunitas utama pembuatan mie isntan dan makanan lainnya.Selain itu, Porang dapat digunakan untuk industri kecantikan dan kesehatan.

 

Tanaman Porang

Ditempat yang sama Alisadikin (Ketua Bidang Pasca Panen Cip Porang Indonesia DPP Aspeporin) menambahkan dalam membudidayakan tanaman umbi porang, dapat dikatakan mudah-mudah sukar. 

 

Hal ini karena tanaman porang membutuhkan Intensitas cahaya 60 – 70% dengan ketinggian 0 – 700 m, tetapi yang paling bagus pada daerah dengan ketinggian 100 – 600 m dpl.

 

Selain itu, dibutuhkan tanah yang gembur/subur dan tidak bec dengan tekstur  tanah lempung berpasir dan bersih dari alang-ala dan juga Derajat keasaman tanah ideal antara pH 6 – 7, jelas Alisadikin.

 

Bibit Porang dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif (biji, bulbil/katak). Adapun bibit  yang dipilih adalah dari umbi dan bulbil yang sehat.  Untuk 1 hektar dapat ditanami 40 ribu bibit porang.

 

Sedangkan  masa tanamnya, sebaiknya dilakukan penanaman  saat masuk musim penghujan, yaitu sekitar bulan September atau Oktober.   Bibit porang cukup ditanam sekali.

 

Setelah bibit yang ditanam berumur 3 tahun, dapat dipanen selanjutnya dapat dipanen setiap tahunnya tanpa perlu penanaman kembali. Bahkan 1 hektar dapat menghasilkan sekitar 10 ton umbi porang.

 

Untuk masa panennya, tanaman porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umur tanaman mencapai 2 tahun, setelah itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya. Dengan waktu panen tanaman porang dilakukan pada bulan April – Juli (masa dorma).

 

Tanaman porang hanya mengalami pertumbuhan selama 5 – 6 bulan tiap tahunnya (pada musim penghujan). Di luar masa itu, tanaman mengalami masa istirahat /dorman dan daunnya akan layu sehingga tampak seolah-olah mati. Padahal sebenarnya tidak mati.

 

Lebih lanjut, Alisadikin mengatakan, untuk meningkatkan hasil ekonomi, kita dari Aspeporin membeli dan mengolah terlebih dahulu  umbi porang menjadi cip  dipotong / diiris tipis-tipis selanjutnya dijemur di bawah matahari atau dapat di keringkan melalui open pengering.  Umbi porang yang sudah berbentuk cip lebih mahal dari umbi sebelum diolah.  

 

Cip Porang inilah yang kita ekspor ke Jepang, Cina, Vietnam, Inggris dan Australia, dibeberapa negara tersebut, memang sangat membutuhkan  cip porang, untuk pembuatan bahan kecantikan, kesehatan dan makanan., tandasnya.(Ter)

×
Berita Terbaru Update